6 Isi Perjanjian Bongaya Latar Belakang Isi dan Akibat Terbaru
6 Isi Perjanjian Bongaya (Latar Belakang, Isi, serta Akibat) - Perjanjian bongaya artinya perjanjian yang berisi mengenai adonan antara VOC Belanda menggunakan Kerajaan Gowa. Isi perjanjian bongaya hanya bersifat sepihak saja. Hal tadi lantaran menguntungkan pihak Belanda (penghasil perjanjian) serta merugikan kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa dibentuk berada dalam ambang kekalahan oleh tentara VOC atas pimpinan menurut Cornelis Speelman. Belanda mendapat bantuan dari sekutunya bernama Aru Palaka. Keadaan yg menyudutkan kerajaan Gowa tersebut sangat dimanfaatkan sang pihak Belanda. Belanda memaksa kerajaan Gowa ke meja negosiasi. Perundingan inilah yg sebagai awal lahirnya perjanjian bongaya.
Perjanjian bongaya adalah sebuah perjanjian yang memaksa kerajaan Gowa. Perjanjian tersebut sangat menguntungkan pihak Belanda. Tetapi kerajaan Gowa malah sangat dirugikan. Perjanjian bongaya dibuat dalam lepas 18 November 1667 di desa Bongaya. Lalu apa saja isi perjanjian bongaya? Pada kesempatan kali ini saya akan mengungkapkan tentang isi perjanjian bongaya lengkap. Untuk detail bisa anda simak pada bawah ini.
Isi Perjanjian Bongaya Lengkap
Perundingan isi perjanjian bongaya dilatarbelakangi oleh peperangan yg besar . Puncak dari perlawanan kerajaan Bongaya waktu masa pemerintahan Sultan Hasanuddin dalam tahun 1653 hingga 1669 (putra dari Sultan Muhammad Said serta cucu berdasarkan Sultan Alaudin). Pada tahun 1660, Sultan Hasanuddin nir hanya melawan pihak Belanda saja, tetapi jua menghadapi Aru Palaka yg dari menurut Soppeng, Bone. Perlawanan Aru Palaka mendapat bantuan dari Belanda dan menciptakan Sultan Hasanuddin semakin terdesak. Sultan Hasanuddin mendapat julukan menjadi Ayam Jantan menurut Timur karena mempunyai semangat pantang menyerah serta berkobar kobar untuk melawan Belanda dan Aru Palaka. Peperangan yang terjadi tadi berlangsung lebih kurang satu tahun.Baca pula : Latar Belakang, Dampak serta Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959Perlawanan yg dilakukan oleh Belanda menerima tambahan tentara dari Batavia serta menggunakan senjata mutahir. Hal ini menciptakan kerajaan Gowa kewalahan serta nir dapat menghadapinya. Pada tanggal 18 November 1667, Sultan Hasanuddin terpaksa untuk menandatangani perjanjian pada daerah Bongaya. Selain itu Sultan Hasanuddin jua mempersiapkan taktik dan tentara perangnya. Isi perjanjian bongaya ialah pengakuan kekuasaan dan pemerintahan Belanda oleh raja Gowa (Sultan Hasanuddin) di kota Makassar. Setelah itu Benteng Ujung Pandang berdasarkan kerajaan Gowa wajib diserahkan pada Belanda. Benteng tadi diubah menjadi Fort Rotterdam. Di bawah ini terdapat beberapa isi perjanjian bongaya.
- Pengakuan berdasarkan pihak Makassar mengenai monopoli VOC.
- Daerah Makassar dibentuk lebih sempit hingga tinggal daerah Gowa saja.
- Makassar wajib membayar ganti rugi atas peperangan yg terjadi.
- Pihak Gowa tertutup terhadap kedatangan orang asing selain VOC.
- Pengakuan Sultan Hasanuddin mengenai Raja Bone yang baru yaitu Aru Palaka.
- Benteng yg masih ada diwilayah tersebut dihancurkan semua kecuali Benteng Rotterdam.
Baca pula : Sejarah serta Isi Perjanjian Renville
Isi perjanjian bongaya di atas nir berlaku lebih usang. Hal ini dikarenakan Sultan Hasanuddin beserta warga rakyatnya melakukan perlawanan pada Belanda. Penyerangan yang mendadak tadi membuat pihak Belanda kewalahan. Namun karena persenjataan VOC sangat lengkap menciptakan Sultan Hasanuddin beserta rakyat Makassar tidak bisa berkutik lagi serta dapat dipukul mundur. Akhirnya Benteng Sombaopu berhasil dikuasai oleh Belanda. Kekuasaan Sultan Hasanuddin kemudian diserahkan kepada putrnya yaitu Mappasomba. Kemudian masyarakat yang dipimpin oleh Mappasomba nir ingin tunduk pada Belanda. Mereka mengarungi lautan supaya dapat menemukan wilayah baru sembari mengembangkan kepercayaan Islam.
Inilah penjelasan tentang isi perjanjian bongaya. Semoga artikel ini bisa menambah ilmu anda. Terima kasih.