Faktor Kerentanan Bencana di Indonesia

Bencana....hmm, pastinya istilah ini sangat familiar pada indera pendengaran masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan negara yg memiliki kerentanan bala yg cukup tinggi di global karena berbagai faktor. Sebelum membahas tentnag faktor-faktor yang memengaruhi kerentanan bencana, saya akan jelaskan dulu tentang definisi dan jenis bencana itu sendiri. Menurut UU No 24 tahun 2018, Bencana bisa didefiniskan sebagai suatu insiden yg mengancam serta menggangu kehidupan serta penghidupan rakyat yg ditimbulkan oleh faktor alam, insan serta non alam sehingga menimbulkan korban jiwa dan impak negatif lainnya seperti kerusakan lingkungan, psikologis serta kerugian harta benda.
Menurut BNPB bala dibagi 3 yaitu bala alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam merupakan bala yg murni diakibatkan oleh faktor alam seperti tsunami, erupsi, longsor serta angin topan. Bencana non alam adalah bala yg diakibatkan faktor non alam misalnya gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Bencana sosial merupakan bala yang diakibatkan sang peristiwa yg berkaitan menggunakan aktivitas insan misalnya konflik suku dan terorisme. 
Faktor-faktor kerentanan bala di Indonesia:

1. Bermukim pada lokasi berbahaya
Indonesia adalah negara dengan struktur geomorfologi yg beranekaragam seperti dataran tinggi, dataran rendah, lembah, pegunungan dan lainnya. Setiap karakteristik morfologi mempunyai laba dan kerugian masing-masing sebagai akibatnya harus diantisipasi sang warga . Misalnya wilayah pantai yang menghadap ke Samudera lepas memang menyimpan banyak potensi biologi namun rakyat pula dihadapkan dengan ancaman tsunami suatu ketika. Masyarakat yang bermukim dekat bibir pantai harus siap siaga menghadapi ancaman ini. 
2. Kemiskinan
Kondisi ekonomi masyarkat Indonesia yang masih banyak pada bawah homogen-rata berdampak pada mentalitas dan pola pikir insan itu sendiri. Banyak model perkara di bantaran sungai di Jakarta timbul pemukiman kumuh serta kentara itu sangat berbahaya dan menyimpan potensi bencana banjir akbar serta kesehatan tentunya. 
3. Urbanisasi
Urbanisasi yg pesat dipicu adanya ketimpangan pembangunan di desa serta kota. Urbanisasi menyebabkan ove capacity pada kota sebagai akibatnya timbullah perkara baru pada kota seperti stagnasi, slum area, kriminalitas serta lainnya. Urbanisasi jua mengakibatkan lonjakan sampah yang tinggi di kota sebagai akibatnya menimbulkan imbas lingkungan.
4. Kerusakan Lingkungan
Degradasi lingkungan acapkali mengawali sebuah bencana pada suatu daerah. Contohnya aktivitas pembalakan liar di hutan, penambangan ilegal dan pembakaran huma. Daerah resapan pada hulu sungai yang dibabat habis sang oknum penguasa akan berdampak ekologis seperti banjir bandang ketika isu terkini hujan tiba. 
5. Perubahan Budaya
Budaya merupakan suatu hal yang inheren serta sebagai bukti diri sebuah rakyat. Ambil contoh sederhana adalah tentang budaya membuang sampah. Masyarakat Indonesia kini sudah nir mempunyai budaya yang baik pada membuang sampah. Di kota besar atau bahan kota mini atua desa, sampah tak jarang ditemukan pada mana-mana. Sampah yg menumpuk kan menyebabkan bala misalnya bau, penyakit dan bahkan banjir bila di sungai. Contohnya lagi Sungai Citarum pada Jawa Barat sekarang sebagai sungai tercemar serta menjadi samudera sampah.

Bencana sebenarnya sanggup diminimalisir apabila insan bisa memasak logika serta pikiran menggunakan sejernih mungkin serta nir semena-mena mengeksploitasi ruang pada bagian atas bumi.
Sumber dan Gambar:
BNPB

Popular posts from this blog

Pembagian Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Terbaru

ADZAN IQOMAH DAN DOA SESUDAH ADZAN TERBARU

Mencari Keliling dan Luas Gabungan Dari Persegi Panjang dan Setengah Lingkaran Terbaru