Gerakan Massa Batuan dan Penyebabnya
Kalian tentu acapkali mendengar warta longsor pada televisi khususnya di ekspresi dominan hujan datang. Longsor adalah galat satu jenis
gerakan massa batuan. Yang dimaksud gerakan massa pada sini adalah konvoi massa batuan menuruni lereng. Massa batuan termasuk pada dalamnya tanah/soil serta batuan, bahan-bahan lepas yang telah disiapkan oleh proses pelapukan. Pergerakan massa batuan serta tanah tersebut semata–mata karena gaya berat.
gerakan massa batuan. Yang dimaksud gerakan massa pada sini adalah konvoi massa batuan menuruni lereng. Massa batuan termasuk pada dalamnya tanah/soil serta batuan, bahan-bahan lepas yang telah disiapkan oleh proses pelapukan. Pergerakan massa batuan serta tanah tersebut semata–mata karena gaya berat.
Faktor–faktor penyebab gerakan massa adalah :
1. Gaya berat , sebagai asal tenaga buat menggerakan lapisan tanah atau batuan menuruni lereng.
2. Air, berfungsi menjadi penambah besarnya gerakan juga menjadi penambah beban, sebagai akibatnya bisa mempermudah gerakan.
3. Gaya-gaya pengikis yang menghasilkan lereng sebagai curam.
4. Gempa bumi atau getaran-getaran lainnya.
5. Batuan yang nir kompak atau batuan yg licin.
6. Batuan yg retak–retak karena kekar, sesar, foliasi.
7. Curah hujan yang besar .
8. Perubahan keadaan vegetasi penutup lahan (aktifitas insan).
Faktor Penyebab longsor
Di Indonesia terdapat daerah jalur patahan gempa yg membuat batuan kurang kuat dan menciptakan lereng terjal, misalnya pada sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Kondisi misalnya itu diperparah oleh curah hujan yg mencapai 250-600 mm per tahun terutama di Pulau Jawa.
Bencana longsor jua diperparah lagi sang minimnya pencerahan masyarakat akan bahaya longsor. Banyak warga masyarakat melakukan tindakan yg dapat memicu terjadinya longsoran, seperti memotong lereng, penggundulan hutan, pencetakan sawah pada lereng terjal, serta mendirikan rumah berdekatan menggunakan tebing terjal. Sementara pada sisi lain, kepedulian warga buat menanggulangi tanah longsor masih kurang.
Pada massa batuan yg tidak kompak, pori-porinya sebagian diisi air serta sebagian lainnya diisi udara, sebagai akibatnya syarat batuan menjadi lembab. Dengan kondisi lembabnya ini maka akan mengakibatkan kurangnya daya kohesi batuan tersebut.
Airtanah juga bisa mempengaruhi gerakan massa batuan. Gerakan airtanah dapat memberikan tekanan terhadap butiran-butiran tanah sehingga memperlemah kemantapan lereng. Selain itu, airtanah jua dapat melarutkan dan menghanyutkan bahan perekat sebagai akibatnya memperlemah ikatan antar buah dan berkurangnya daya kohesi. Larut dan hanyutnya bahan perekat membuat rongga-rongga pada tanah serta inipun mengurangi kemantapan tanah.
Tanah longsor (gerakan massa batuan) di Indonesia, umumnya terjadi di lereng terjal yang terbentuk menurut endapan vulkanik yang nir terpadatkan. Lereng-lereng terjal yang dipengaruhi struktur geologi misalnya patahan, rekahan, lipatan, lebih rentan terhadap gejala longsor, apalagi apabila arah pelapisan batuan searah menggunakan kemiringan lereng serta terdapat patahan aktif. Pelapisan batuan yg merupakan perselingan antara batuan yang kedap air serta batuan yang dapat menyerap air membangun bidang yang berpotensi menjadi bidang gelincir.
Dalam keseharian gerakan massa batuan disebut menggunakan insiden longsor. Peristiwa ini sangat bervariasi apabila dilihat dari sisi akibatnya, yaitu ada yang mengakibatkan ringan ada yang mengakibatkan berat sampai menghilangkan nyawa serta menghancurkan pemukiman serta harta bendanya. Contohnya pada minggu akhir Februari 2018 terjadi longsoran sampah sepanjang 1 km menggunakan ketinggian 20 meter di TPA pada Bandung menyebabkan kematian belasan orang serta menghancurkan pemukiman pada sekitarnya. Beban tumpukan sampah yg berat itu membebani lapisan tanah pada bawahnya. Dalam demam isu penghujan, air hujan disamping menambah beban pula bertindak menambah besarnya energi buat mengerakkan sampah serta lapisan tanah menuruni lereng.
Macam–macam gerakan massa merupakan :
1. Creep (rayapan), yaitu tanah yg berkiprah sangat pelan. Ciri–cirinya antara lain : pelengkungan pohon, miringnya tiang–tiang.
2. Solifluction, yaitu campuran material kasar–halus yg berkiprah lantaran jenuh air.
3. Fall (jatuhan), yaitu meluncurnya massa karena gravitasi tanpa bidang peluncur (jatuh bebas).
4. Slide, yaitu pergerakan massa menggunakan cepat melewati bidang peluncur.
5. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan ke bawah tanpa bagian atas bebas.
Semuanya merupakan gejala gerakan massa batuan dan semua gerakan ini terjadi apa bila masih ada gangguan pada keseimbangan.
Pencegahan longsor
Untuk mencegah terjadinya tanah longsor, warga diimbau :
- menanam pohon berakar kuat pada lereng yg terjal,
- tidak mencetak sawah di permukaan lereng terjal,
- tidak memotong lereng terjal pada bagian bawah,
- tidak menciptakan kolam air pada lereng permukaan, terutama dasar kolam yang tidak kedap air,
- tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan getaran di lereng terjal,
- tidak menebang pohon di lereng terjal,
- upayakan di lereng permukaan ditanami tanaman keras, pada lereng bagian tengah berupa perkebunan, serta lereng bawah persawahan serta permukiman.
- penyebaran berita mengenai bahaya longsor,
- menyampaikan anjuran, dan embargo pada rakyat, terutama yg tinggal di wilayah rawan longsor.
Sumber dan Gambar:
diolah dari aneka macam sumber