Ini Tulisan Afi Nihaya Faradisa di facebook yg Tuai Banyak Pujian
Afi Nihaya Faradisa belakangan jadi perbincangan netizen. Tulisannya menuai pujian serta dibagi sang banyak orang.
Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur ini dinilai inspiratif dengan menuangkan pemikirannya melalui status Facebook. Kalimat-kalimat yang diungkapkannya melalui goresan pena sangat relevan dan menohok dengan kondisi kini , pada mana banyak orang tidak sinkron pendapat jadi saling membenci.
Melalui tulisannya, Afi menceritakan bagaimana dirinya bereksperimen buat tidak memakai gadget selama beberapa hari. Dari eksperimen tadi, beliau melakukan introspeksi sejumlah hal yg terjadi, saat dirinya keranjingan gadget dan media sosial.
Salah satu hal yang disorotinya adalah disparitas yang memicu perdebatan serta membuat orang yang tadinya bergaul menjadi bermusuhan. Tulisan tadi hingga saat ini masih ramai komentar serta dibagi banyak orang. Afi sendiri mempersilakan siapa saja membaginya tanpa perlu meminta biar .
Dikunjungi detikINET, Minggu (11/12/2016), status Facebook tadi memancing reaksi lebih berdasarkan 24 ribu orang, lebih kurang 4.200 komentar serta sudah dibagi lebih menurut 18 ribu kali. Sebagian akbar menaruh komentar positif serta memuji Afi sangat bijaksana pada usianya yg masih terbilang belia.
"Positif thinking,,sy sgt sng pemikiran nya semuda ini sdh brfkr demikian.. Pd inti nya ayo qt qt mnjga persatuan n mnciptakan kedamaian,, hargai setiap disparitas pndpt tetapi jgn mnjdikan perdebatan atau pun permusuhan,,ayo ciptakan kedamaian..," komentar pengguna Facebook Yanti Rinaldi.
"Anak bangsa yang berpikir jauh!!! Love it. Salh fokus sih sebenarnya. Lebih tertarik ke sastranya. Caramengolah istilah dan kalimat dan emosi nya keren!," puji pengguna lainnya menggunakan nama akun Saiiah Rima.
Status ini pun menarik perhatian public figure, salah satunya composer Addie MS. "Bangga sekali pd remaja Indonesia yg brilian ini. Bersikap kritis dan positif. Tulisan2nya amat menginspirasi. Brava, Afi Nihaya Faradisa!," ujarnya.
Status Facebook Siswi SMA Banyuwangi Tuai Pujian Netizen Foto: Facebook
Berikut merupakan tulisan lengkap Afi.
Aku pernah mematikan total hapeku selama 10 hari. Selama itu, aku nir berhubungan dengan global luar sama sekali. Hanya menurut situ kau bisa mengamati apa yg gadget dan koneksi internet sudah renggut selama ini.
Katakanlah saya terjebak pada sudut pandang yg menggelikan. Katakanlah aku keliru menyikapi kemajuan, tapi hal-hal ini yg sudah kupelajari pada 10 hari. Sudahkah kau mencoba sendiri sebelum menjustifikasi?
Melalui layar 4 inchi ini, aku memang melihat global tanpa batas yurisdiksi.
Namun, kata orang bijak, "You are what you eat". Belakangan saya memahami bahwa hal itu nir hanya berlaku buat makanan perut, akan tetapi pula "makanan pikiran". Apa yg telah kita tambahkan dalam pikiran, jiwa, dan hati kita selama ini menentukan misalnya apa diri kita. Lalu pernahkah bertanya, yg aku telan selama ini lebih poly racun atau gizinya? Pantas kalau diri kita masih gini-gini saja. Ternyata ini sebabnya.
Perhatikan, kondisi "asal kuliner pikiran" kita semakin tercemari.
Aku lelah menyebutkan dalam satu persatu orang tentang negatifnya membuatkan hoax serta kebohongan.
Kita juga nir pernah kehabisan alasan buat saling membenci. Apa-apa dijadikan 'amunisi'.
Sama-sama manusia, bila beda negara rusuh. Sama-sama Indonesia, jikalau beda kepercayaan rusuh. Sama agamanya, beda pandangan pula rusuh. Terus gimana nih maunya?
Padahal, jika bukan Tuhan, lalu siapa lagi yg menciptakan SEMUA perbedaan ini? Kalau Dia mau, Dia sanggup saja menjadikan seluruh insan 'serupa' pada segala hal. Lalu, kenapa kita lancang menentang Tuhan dengan meludahi disparitas?
Aku sendiri tidak pernah mengunfriend yang beda pandangan, aku serta kamu sanggup bersahabat walaupun kita tidak setuju. Pernah lihat orang yang penuh permusuhan hidupnya tenang? Bagaimana kita berharap terdapat bunga yg tumbuh pada atas kaldera berapi? Yang dirahmati Tuhan adalah hubungan, bukan permusuhan.
Unity in diversity.
Yang aku heran, apa-apa dijadikan perdebatan. Seperti ritual medsos tahunan, mulai berdasarkan ucapan natal, perayaan valentine, bahkan jua jumlah peserta unjuk rasa!
Diri ini merasa lebih baik karena pihak lain terlihat lebih jelek. Kita merasa senang atas ketidakbaikan orang. Tuhan mana yang mendukung karakter seperti itu?
Padahal, this too shall pass. Semua hal pasti akan berlalu sendiri silih berganti. 10 tahun lagi, apakah yg kita pertengkarkan ini lebih berharga daripada interaksi baik kita?
Padahal, kata "musuh" hanyalah ilusi, sebuah sekat yg kita buat sendiri. Tuhan tidak berkata bahwa Ia hanya dekat menggunakan pembuluh nadi orang beragama X dan bersuku Y, Tuhan dekat menggunakan pembuluh nadi semua orang. Sudah lupa, ya?
Yang aneh merupakan, bila nir pro pokoknya keliru! Kontra keliru, netral pun pula disalahkan. Tidak ada hal lain yg ditunjukkan kecuali sifat kekanak-kanakan. Boikot terhadap produk perusahaan super besar tidak akan berpengaruh sedikitpun pada owner-owner atas yg telah kaya raya, yg kalian bahayakan merupakan penjual-penjual kecil yg masih galau cari makan tiap harinya, yg mereka bahkan nir tahu apa-apa mengenai kebijakan perusahaan.
Ada sebuah peribahasa Cina yg layak buat kita renungkan. "Menyimpan dendam seperti meminum racun tapi berharap orang lain yang tewas."
Buddha pun mengungkapkan, "Anda nir dieksekusi KARENA kemarahan Anda, Anda dieksekusi OLEH kemarahan Anda."
Jika permanen nir bisa mengendalikan kemarahan? DIAM!
Setidaknya kemarahan kita nir akan sebagai sebab kemarahan orang lain.
"Barangsiapa yg membisu, beliau selamat." (HR. Tirmidzi no. 2501)
Dan aku tahu,
Memang terdapat saatnya memproteksi diri. Ada saatnya mempertahankan kenyamanan langsung.
Tapi bagiku, ada juga saatnya buat mencapai tujuan yg lebih tinggi. Karena itu, saya nir akan pulang menurut sini :)
Tulisannya ternyata nir hanya itu saja, masih poly tulisan2 lain yang cukup menginspirasi pada status facebooknya. Mau berkenalan, silahkan add akun facebooknya disini.
Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur ini dinilai inspiratif dengan menuangkan pemikirannya melalui status Facebook. Kalimat-kalimat yang diungkapkannya melalui goresan pena sangat relevan dan menohok dengan kondisi kini , pada mana banyak orang tidak sinkron pendapat jadi saling membenci.
Melalui tulisannya, Afi menceritakan bagaimana dirinya bereksperimen buat tidak memakai gadget selama beberapa hari. Dari eksperimen tadi, beliau melakukan introspeksi sejumlah hal yg terjadi, saat dirinya keranjingan gadget dan media sosial.
Salah satu hal yang disorotinya adalah disparitas yang memicu perdebatan serta membuat orang yang tadinya bergaul menjadi bermusuhan. Tulisan tadi hingga saat ini masih ramai komentar serta dibagi banyak orang. Afi sendiri mempersilakan siapa saja membaginya tanpa perlu meminta biar .
Dikunjungi detikINET, Minggu (11/12/2016), status Facebook tadi memancing reaksi lebih berdasarkan 24 ribu orang, lebih kurang 4.200 komentar serta sudah dibagi lebih menurut 18 ribu kali. Sebagian akbar menaruh komentar positif serta memuji Afi sangat bijaksana pada usianya yg masih terbilang belia.
"Positif thinking,,sy sgt sng pemikiran nya semuda ini sdh brfkr demikian.. Pd inti nya ayo qt qt mnjga persatuan n mnciptakan kedamaian,, hargai setiap disparitas pndpt tetapi jgn mnjdikan perdebatan atau pun permusuhan,,ayo ciptakan kedamaian..," komentar pengguna Facebook Yanti Rinaldi.
"Anak bangsa yang berpikir jauh!!! Love it. Salh fokus sih sebenarnya. Lebih tertarik ke sastranya. Caramengolah istilah dan kalimat dan emosi nya keren!," puji pengguna lainnya menggunakan nama akun Saiiah Rima.
Status ini pun menarik perhatian public figure, salah satunya composer Addie MS. "Bangga sekali pd remaja Indonesia yg brilian ini. Bersikap kritis dan positif. Tulisan2nya amat menginspirasi. Brava, Afi Nihaya Faradisa!," ujarnya.
Status Facebook Siswi SMA Banyuwangi Tuai Pujian Netizen Foto: Facebook
Berikut merupakan tulisan lengkap Afi.
Aku pernah mematikan total hapeku selama 10 hari. Selama itu, aku nir berhubungan dengan global luar sama sekali. Hanya menurut situ kau bisa mengamati apa yg gadget dan koneksi internet sudah renggut selama ini.
Katakanlah saya terjebak pada sudut pandang yg menggelikan. Katakanlah aku keliru menyikapi kemajuan, tapi hal-hal ini yg sudah kupelajari pada 10 hari. Sudahkah kau mencoba sendiri sebelum menjustifikasi?
Melalui layar 4 inchi ini, aku memang melihat global tanpa batas yurisdiksi.
Namun, kata orang bijak, "You are what you eat". Belakangan saya memahami bahwa hal itu nir hanya berlaku buat makanan perut, akan tetapi pula "makanan pikiran". Apa yg telah kita tambahkan dalam pikiran, jiwa, dan hati kita selama ini menentukan misalnya apa diri kita. Lalu pernahkah bertanya, yg aku telan selama ini lebih poly racun atau gizinya? Pantas kalau diri kita masih gini-gini saja. Ternyata ini sebabnya.
Perhatikan, kondisi "asal kuliner pikiran" kita semakin tercemari.
Aku lelah menyebutkan dalam satu persatu orang tentang negatifnya membuatkan hoax serta kebohongan.
Kita juga nir pernah kehabisan alasan buat saling membenci. Apa-apa dijadikan 'amunisi'.
Sama-sama manusia, bila beda negara rusuh. Sama-sama Indonesia, jikalau beda kepercayaan rusuh. Sama agamanya, beda pandangan pula rusuh. Terus gimana nih maunya?
Padahal, jika bukan Tuhan, lalu siapa lagi yg menciptakan SEMUA perbedaan ini? Kalau Dia mau, Dia sanggup saja menjadikan seluruh insan 'serupa' pada segala hal. Lalu, kenapa kita lancang menentang Tuhan dengan meludahi disparitas?
Aku sendiri tidak pernah mengunfriend yang beda pandangan, aku serta kamu sanggup bersahabat walaupun kita tidak setuju. Pernah lihat orang yang penuh permusuhan hidupnya tenang? Bagaimana kita berharap terdapat bunga yg tumbuh pada atas kaldera berapi? Yang dirahmati Tuhan adalah hubungan, bukan permusuhan.
Unity in diversity.
Yang aku heran, apa-apa dijadikan perdebatan. Seperti ritual medsos tahunan, mulai berdasarkan ucapan natal, perayaan valentine, bahkan jua jumlah peserta unjuk rasa!
Diri ini merasa lebih baik karena pihak lain terlihat lebih jelek. Kita merasa senang atas ketidakbaikan orang. Tuhan mana yang mendukung karakter seperti itu?
Padahal, this too shall pass. Semua hal pasti akan berlalu sendiri silih berganti. 10 tahun lagi, apakah yg kita pertengkarkan ini lebih berharga daripada interaksi baik kita?
Padahal, kata "musuh" hanyalah ilusi, sebuah sekat yg kita buat sendiri. Tuhan tidak berkata bahwa Ia hanya dekat menggunakan pembuluh nadi orang beragama X dan bersuku Y, Tuhan dekat menggunakan pembuluh nadi semua orang. Sudah lupa, ya?
Yang aneh merupakan, bila nir pro pokoknya keliru! Kontra keliru, netral pun pula disalahkan. Tidak ada hal lain yg ditunjukkan kecuali sifat kekanak-kanakan. Boikot terhadap produk perusahaan super besar tidak akan berpengaruh sedikitpun pada owner-owner atas yg telah kaya raya, yg kalian bahayakan merupakan penjual-penjual kecil yg masih galau cari makan tiap harinya, yg mereka bahkan nir tahu apa-apa mengenai kebijakan perusahaan.
Ada sebuah peribahasa Cina yg layak buat kita renungkan. "Menyimpan dendam seperti meminum racun tapi berharap orang lain yang tewas."
Buddha pun mengungkapkan, "Anda nir dieksekusi KARENA kemarahan Anda, Anda dieksekusi OLEH kemarahan Anda."
Jika permanen nir bisa mengendalikan kemarahan? DIAM!
Setidaknya kemarahan kita nir akan sebagai sebab kemarahan orang lain.
"Barangsiapa yg membisu, beliau selamat." (HR. Tirmidzi no. 2501)
Dan aku tahu,
Memang terdapat saatnya memproteksi diri. Ada saatnya mempertahankan kenyamanan langsung.
Tapi bagiku, ada juga saatnya buat mencapai tujuan yg lebih tinggi. Karena itu, saya nir akan pulang menurut sini :)
Tulisannya ternyata nir hanya itu saja, masih poly tulisan2 lain yang cukup menginspirasi pada status facebooknya. Mau berkenalan, silahkan add akun facebooknya disini.