Klasifikasi Sistem Kristal Mineral
Mempelajari sistem kristal mineral memang lumayan menantang. Nah, ini materi tentunya sangat menarik bagi yang cinta geologi atau akan mengikuti OSN Geologi karena materi kristal batuan selalu terdapat. Saya sendiri sejujurnya agak rumit waktu memberikan penjelasan tentang sistem kristal mineral pada anak-anak lantaran basic saya yang guru geografi bukan pakar geologi. Baca pula: Komponen peta topografi
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang mendasar dan beberapa sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya bergantung pada komposisi tetapi jua susunan ruang dari atom-atom penyusun serta ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral. Daya ikat atom berdasarkan zat pada kristal adalah bersifat listrik berdasarkan pada. Tipe serta intensitasnya sangat berkaitan menggunakan sifat-sifat fisik serta kimia berdasarkan mineral itu sendiri. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal serta koefisien ekspansi termal berkaitan dengan daya ikat kristal. Secara umum, ikatan bertenaga mempunyai koefisien lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi serta koefisien perluasan termal lebih rendah. Ikatan kimia berdasarkan suatu kristal dapat terbagi atas 4 macam yaitu: ionik,kovalen,logam dan van der waals. Baca pula: Perbedaan minyak bumi serta gas alam
Sampai ketika ini baru masih ada 7 macam sistem kristal dalam kristalografi. Dasar berdasarkan penggolongan sistem kristal tersebut terdapat tiga macam yaitu:
- jumlah sumbu kristal
- letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
- parameter yg digunakan buat masing-masing sumbu kristal
Ketujuh sistem kristal tadi dapat dilihat dibawah ini
Sistem ini sering dianggap jua sistem reguler atau seringkali juga dianggap sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya tiga dan saling tegak lurus satu sama lain. Masing-masing sumbu sama panjangnya.
2. Sistem Tetragonal
Sama menggunakan isometrik, sistem ini memiliki 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b memiliki satuan panjang yg sama sedangkan sumbu c berlainan dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
3. Sistem Rombik
4. Sistem Heksagonal
Sistem ini memiliki empat sumbu kristal dimana sumbu c tegak lurus terhadap 3 sumbu lainnya. Sumbu a, b serta d masing-masing saling menciptakan sudut 120 derajat satu sama lain. Sumbu a, b dan b mempunyai panjang yang sama sedangkan panjang c tidak sinkron, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
5. Sistem Trigonal
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya memiliki satu sumbu yang miring menurut tiga sumbu yg dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus terhadap c namun sumbu c nir tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tadi memiliki panjang yang nir sama, umumnya sumbu c yang paling panjang serta sumbu b yg paling pendek.
7. Sistem Triklin