MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PROBLEM BASED INTRUCTIONAL TERBARU
Problem Based Intructional atau PBI berlandaskan pada psikologi kognitif. Fokus pengajaran nir begitu menekankan kepada apa yg sedang dilakukan siswa (konduite siswa) melainkan pada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama pengajar pada PBI adalah membimbing dan memfasilitasi sebagai akibatnya anak didik bisa belajar berfikir dan memecahkan kasus oleh mereka sendiri.
PBI dilandasi oleh tiga pikiran ahli, yaitu menjadi berikut :
1.john Dewey dan kelas Demokrasi
Akar intelektual pembelajaran PBI adalah penelitian John Dewey. Dalam tulisannya yang berjudul Demokrasi serta Pendidikan (1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan rakyat yg lebih besar serta kelas merupakan laboratorium buat pemecahan masalah yg ada dalam kehidupan nyata. Dewey menganjurkan supaya guru memberi dorongan pada siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi kasus dan membantu mereka mengusut masalahnya.
Kill Patrick (1918) mengemukakan bahwa pembelajaran pada sekolah seharusnya bermanfaat dan nir abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat dan nyata, seharusnya murid terlibat merampungkan proyek yg menarik dan adalah pilihan mereka sendiri.
Kill Patrick (1918) mengemukakan bahwa pembelajaran pada sekolah seharusnya bermanfaat dan nir abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat dan nyata, seharusnya murid terlibat merampungkan proyek yg menarik dan adalah pilihan mereka sendiri.
2.piaget, Vygotsky serta Kontruktivisme
Piaget mengungkapkan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin memahami bawaan serta secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini berdasarkan Piaget, memotivasi mereka buat aktif membangun pemahaman mereka mengenai lingkungan yg mereka biologi. PBI dikembangkan menurut kepada teori Piaget ini.
3.bruner serta Pembelajaran Penemuan
Teori pendukung penting yang dikemukakan oleh Bruner terhadap PBI merupakan pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan adalah suatu model pedagogi yang menekankan pentingnya membantu murid memahami struktur/ilham kunci berdasarkan suatu disiplin ilmu. Bruner konfiden pentingnya murid terlibat pada dalam pembelajaran dan beliau meyakini bahwa pembelajaran yg terjadi sebenarnya melalui penemuan eksklusif.
Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya menaikkan banyaknya pengetahuan siswa namun juga membentuk kemungkinan-kemungkinan untuk inovasi siswa.
Pembelajaran ini diterapkan dalam sains dan ilmu sosial, dikenal menggunakan penalaran induktif serta proses-proses inkuiri yang adalah ciri metode ilmiah. Konsep lain Bruner merupakan scaffoding yg didefinisikan sebagai seseorang siswa dibantu merampungkan kasus tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari seorang guru atau orang lain yg mempunyai kemampuan lebih.
Pembelajaran ini diterapkan dalam sains dan ilmu sosial, dikenal menggunakan penalaran induktif serta proses-proses inkuiri yang adalah ciri metode ilmiah. Konsep lain Bruner merupakan scaffoding yg didefinisikan sebagai seseorang siswa dibantu merampungkan kasus tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari seorang guru atau orang lain yg mempunyai kemampuan lebih.
Ciri-karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
Ciri primer PBI mencakup mengorientasikan murid pada perkara atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama pada penyelidikan dan menghasilkan karya. Dengan demikian secara naratif karakteristik PBI adalah menjadi berikut :
1.mengorientasikan siswa pada masalah autentik. Pada tahap ini guru menyusun skenario yang dapat menarik perhatian murid, sekaligus memunculkan pertanyaan yang benar-sahih nayat pada lingkungan murid dan dapat diselidiki sang siswa pada kasus yg autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena eksklusif, atau mendemontrasikan suatu insiden yang mengundang keluarnya perseteruan atau pertanyaan. Mendemonstrasikan kejadian-insiden yang memunculkan konfliks kognitif diyakini sangat baik buat mengorientasikan anak didik pada kasus ini.
2.berfokus dalam keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBI berpusat pada pelajaran eksklusif, misalnya hayati, perkara yang dipilih sahih-sahih konkret supaya pada pemecahannya, siswa bisa meninjau berdasarkan menyebarkan mata pelajaran yang lain. Sebagai model perkara polusi pada contoh pada atas, mencakup aspek akademis serta terapan mata pelajaran ekonomi sosiologi, parawisata, dll. Begitu juga pada masalah menyajikan makanan untuk kakek, melibatkan hayati, kesehatan, kimia dan sebagainya.
3.penyelidikan autentik. PBI mengharuskan murid melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian konkret terhadap perkara nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis kabar/data, melakukan percobaan, membuat inferensi dan merumuskan simpulan. Metode yang digunakan sangat bergantung kepada kasus yg sedang dipelajari.
4.menghasilkan produk/karya serta memamerkannya. PBI menuntut murid buat menghasilkan produk eksklusif dalam bentuk karya konkret atau artifak serta memamerkan. Karya tersebut bisa berupa rekaman debat, laporan, contoh fisik, video dan acara komputer.
Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
PBI utamanya dikembangkan buat membantu siswa menyebarkan kepandaian, pemecahan perkara dan keterampilan intelektual, belajar membuatkan kiprah orang dewasa menggunakan melibatkan mereka pada pengalaman konkret atau simulasi. PBI jua menciptakan siswa menjadi pembelajar yg otonom, berdikari. Secara naratif tujuan PBI adalah sebagai berikut :
1.keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan kasus. Kerjasama yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya mengembangkan keterampilan inkuiri dan obrolan menggunakan demikian akan berkembang keterampilan sosial serta berpikir.
2.permodelan Peranan Orang Dewasa
3.pembelajar Otonom serta Mandiri
Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Intructional (PBI)
PBI terdiri berdasarkan lima termin primer, yang dimulai dengan pengajar mengorientasikan siswa pada situasi perkara yg autentik dan diakhiri dengan penyajian karya. Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tadi bisa diselesaikan pada dua sampai 3 kali pertemuan. Namun masalah yg kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya.
Tabel 1 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi murid pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Menjelaskan logistic yang diperlukan, mengajukan kenyataan atau demonstrasi atau cerita buat memunculkan perkara, memotivasi anak didik buat terlibat dalam pemecahan perkara yg dipilihnya
Tahap-2
Mengorganisasi murid untuk
belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan serta mengorganisasikan tugas belajar yg herbi perkara tersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa buat mengumpulkan fakta yg sesuai, melaksanakan eksperimen, buat mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4
Mengembangkan serta menyajikan output karya
Guru membantu murid pada merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai misalnya laporan, video, dan contoh dan membantu mereka buat membuatkan tugas menggunakan temannya
Tahap-5
Menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu anak didik buat melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka serta proses-proses yg mereka gunakan