MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERBARU
Pengembangan model Pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPS bisa dilakukan guru pada seluruh pokok bahasan, dengan kondisi harus memperhatikan Sembilan hal yakni : motovasi, pemusatan perhatian, latar belakang anak didik serta konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual murid, belajar sembari bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan memecahkan konflik serta interaksi sosial. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai guru, motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing serta pembaru. Dengan demikian kedudukan murid dalan aktivitas pem,belajaran di pada kelas melalui kiprah aktif, dimana aktifitasnya bisa diukur dari kegiatan memperhatikan, memcatat, bertanya menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas, baik tugas grup maupun tugas individu. Dalam situasi belajar yg demikian murid akan menerima pengalaman yg berkesan, menyenangkan serta nir membosankan.
Ahmad Sabari (2005;52) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seseorang guru pada penggunaan model pembelajaran yaitu menjadi berikut :
1.model pembelajaran yg digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar murid.
2.model pembelajaran yg dipakai dapat merangsang asa anak didik untuk belajar lebih lanjut, misalnya melakukan interaksi menggunakan guru serta murid lainnya.
3.model pembelajaran harus dapat memberikan kesempatan bagi anak didik buat menaruh tanggapannya terhadap materi yg disampaikan.
4.model pembelajaran wajib bisa mengklaim perkembangan keegiatan kepribadian murid.
5.model pembelajaran yg digunakan wajib dapat mendidik siswa pada teknik otodidak serta cara memperoleh pengetahuan melalui usaha langsung.
6.model yg digunakan harus dapat menanamkan serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap anak didik dalam kehidupan sehari-hari.
Ada empat alasan mengapa anak didik harus dikembangkan akal budi. Pertama, kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad fakta yg menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan pada mencari, menyaring guna menentukan pilihan serta memanfaatkan liputan tadi sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya, ;kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan dalam aneka macam masalah dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut mempunyai kemampuan berfikir krisis dan kreatif, karena masalah bisa terpecahkan menggunakan pemikiran seperti itu, ketiga kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru atau nir konvensional adalah keterampilan penting dalam memecahkan perkara, serta alasan keempat, kreatifitas adalah aspek krusial pada memecahkan kasus, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul kasus serta bagaimana cara pemecahannya.
Peran pengajar memiliki interaksi erat dengan cara mengaktifkan murid pada belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan tadi yg wajib dimiliki anak didik adalah ketrampilan berpikir, keterampilan social dan keterampilan simpel. Ketiga keterampilan tersebut bisa dikembangkan dalam situasi belajar mengajar yg intraktif antara guru menggunakan siswa dan siswa menggunakan siswa.
Usman.M.uzer (1990), menyampaikan bahwa pola interaksi optimal antara guru serta anak didik, antara anak didik serta guru dan antara siswa dan murid merupakan komunikasi multiarah yg sesuai menggunakan konsep siswa aktif. Sebagaimana yang dikehendaki para ahli pada pendidikan terbaru, hal ini sulit terjadi dalam mixed ability karena pada umumnya interaksi hanya terjadi antar murid pandai dan pengajar. Agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu menentukan taktik pembelajaran yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yg mnyatakan hal-hal yg bersifat menyenangkan bisa menggali dan mengembangkan motivasi murid. Motivasi anak didik ditentukan tingkat kelsulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang jika materi pembelajaran memiliki taraf kesulitan yg tinggi atau sebaliknya. Tetapi dapat pula taraf kesulitan justru tergantung dalam motivasi siswa. Hal tadi didukung oleh Sagimun serta Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa buat membangkitkan emosi intelektual, murid diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yg berkaitan dengan materi yg hndak diajarkan. Murray serta Bimo Wlgito (1983) mnyatakan bahwa anak didik usia anak-anak senang belajar hal-hal yg konkret, serta yang menyenangkan.
Guru perlu tahu adanya perbedaan pada bidang intelektual, terutama dalam pengelompokan anak didik pada kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan menggunakan anak didik yang kecerdasannya setingkat dengannya, namun perlu dimasukan kedalam siswa yg cerdas. Dengan harapan siswa yg kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat eksklusif dengan motivasi yang tinggi dalam kerjasama menggunakan sahabat sekelompok dengannya, Mursal (1981).
Kegiatan balajar tidak ditekankan dalam “output“ namun dalam “Proses” belajar. Jadi yang lbih utama adalah menyusun taktik bagaimana agar murid memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami” bukan “menghafal. Menurut Piaget serta Slavin (1995), menyatakan bahwa struktur pengetahuan di kembangkan dalam otak insan melalui 2 cara yaitu asimilasi dan akomodasi yg berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas dtruktur pengetahuan yg telah terdapat, pengetahuan yang telah ada dimodifikasi buat menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.
Menurut Drost, SJ (1999), proses pembelajara berjalan dengan baik serta lancar bila terjalin hubungan manusiawi antar guru serta murid, hubungan persaudaraan antar murid, situasi saling membantu, disiplin kerj, tanggung jawab, mitra pada pelajaran, menolong, kerjasama yg erat, brbagi pengalaman, serta dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam barokah (2002), menyatakan bahwa landasan social pada belajar absolut sine qua non kerena adanya kerjasama akan membantu meningkatkan kecepatan belajar serta adnya persaingan akan memperlambat proses belajar.
Guru pada proses belajar mengajar yg interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakuakan obrolan kreatif menggunakan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat menyampaikan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri sebagai akibatnya melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya kea rah berfikir kreatif pada menghadapi sesuatu. Beberapa komponon yg wajib dikuasai oleh pengajar dalam mengungkapkan pertanyaan yaitu pertanyaan wajib gampang dimengerti oleh anak didik, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran serta penyebaran, anugerah saat berpikir pada siswa serta anugerah tuntutan. Sedangkan jenis pertanyaan buat menyebarkan model dialog kreatif terdapat enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, mengungkapkan, buatan, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk menaikkan interaksi pada proses belajar mengajar, pengajar hendaknya mengajukan pertanyaan menggunakan memberi kesempatan kepada murid buat mendiskusikan jawaban serta sebagai dinding pemantul atas jawaban siswa. Sementara itu Ahmadi (1984;35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yg dicapai pada suatu usaha, pada hal ini output belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yg bisa dilihat pada nilai setiap mengikuti tes hasil belajar.
Bahan Bacaan :
R. W. Dahar, 1989, Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga.
Sabri, A. 2018, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta.
Udin S. Winataputra, 2018 Materi serta Pembelajaran IPS SD, Universitas Terbuka.
Hera Lestari Mikarsa dkk, 2018 Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka
===============================================