MODELMODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TERBARU


Sebagaimana pada ketahui, mulai tahun 2018secara serentak telah diimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) serta dari tahun 2018 telah diujicobakan Kurikulum 2018. ImplementasiKTSP serta K13 yang merupakan wujud penyempurnaan kurikulum akan berhasil apabiladisertai perubahan cara berpikir (mind set). Costa menyatakan changingcurriculum means changing your mind (1999:26).

Perubahan pola berpikir yang dimaksud tidakhanya dilakukan oleh pengajar di sekolah, tetapi jua oleh seluruh unsur praktisi danteoretisi pendidikan. Perubahan pola pikir tadi diharapkan agar para gurudapat secara optimal memfasilitasi siswanya belajar menggunakan KTSP maupun denganK13. Pengajar dibutuhkan senantiasa berkolaborasi dan bersinergi memikirkan esensi KTSPdan K13 agar implementasinya bisa berdampak positif bagi siswa di sekolah. 

Beberapa fokus perubahan pikiran (mindset) yang diharapkan adalah: (1) berdasarkan kiprah guru sebagai transmiter kefasilitator, pembimbing dan konsultan, (2) berdasarkan kiprah guru sebagai satu-satunyasumber pengetahuan sebagai hanya salah satu sumber belajar, (tiga) dari belajar didominasioleh pengajar menjadi didominasi oleh anak didik, (4) dari belajar dijadwal secara ketatmenjadi terbuka, fleksibel sesuai keperluan, (lima) dari belajar berdasararkanfakta menuju berbasis perkara dan proyek, (6) menurut belajar berbasis teorimenuju global serta tindakan konkret dan refleksi, (7) berdasarkan kebiasaan pengulangandan latihan menuju perancangan dan penyelidikan, (8) berdasarkan taat aturan danprosedur menjadi penemuan dan penciptaan, (9) berdasarkan kompetitif menujukolaboratif, (10) dari fokus kelas menuju fokus rakyat, (11) menurut hasilyang ditentukan sebelumnya menuju hasil yang terbuka, (12) dari belajarmengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif (13) berdasarkan penggunaankomputer menjadi obyek belajar menuju penggunaan personal komputer sebagai alat belajar,(14) menurut presentasi media tidak aktif menuju hubungan multimedia yg bergerak maju,(15) menurut komunikasi sebatas ruang kelas menuju komunikasi yang nir terbatas,(16) berdasarkan penilaian output belajar secara normatif menuju pengukuran unjuk kerjayang komprehensif. Sudah Anda melakukannya?
Pergeseran pola berpikir tersebut berimplikasipada penetapan tatanan eksklusif pada pembelajaran. Tatanan tertentu yangmenjadi fokus pembelajaran mendasarkan diri pada hakikat tuntutan perkembanganiptek. Beberapa kecenderungan tadi, diantaranya: (1) penempatan empat pilarpendidikan UNESCO: learning to know, leraning to do, learning to be, danleraning to life together sebagai paradigma pembelajaran, (2) kecenderunganbergesernya orientasi pembelajaran menurut teacher centered menuju studentcentered, (3) kesamaan pergeseran menurut content-based curriculum menujucompetency-based curriculum, (4) perubahan teori pembelajaran danasesmen menurut model behavioristik menuju model konstruktivistik, serta (lima)perubahan pendekatan teoretis menuju kontekstual, (6) perubahan paradigmapembelajaran menurut standardization menjadi customization, (7) darievaluasi menggunakan paper and pencil test yang hanya mengukur convergenthinking menuju openended question, performance assessment,serta portfolio assessment, yg bisa mengukur divergen thinking.

============================================


============================================

Salah satu perubahan yg paling mendasaryang seyogyanya muncul dengan diimplementasikan KTSP dan K13 adalah merupakan perubahancara pembelajaran. Pembelajaran yg bisa mengakomodasi implementasi KTSP danK13 tetunya jua wajib berubah dari yg sudah biasa dilakukan yang cenderung pasif,statik, serta mekanistik menuju dalam pembelajaran yang inovatif. Pembelajaraninovatif adalah pembelajaran yg berlandaskan kerangka berpikir konstruktivitik yangsenantiasa mengakomodasi pengetahuan awal sebagai starting point.

Secara umum, pengetahuan awal berpengaruhlangsung serta tak eksklusif terhadap proses pembelajaran. Secara pribadi,pengetahuan awal bisa mempermudah proses pembelajaran serta mengarahkanhasil-hasil belajar yang lebih baik. Secara nir pribadi, pengetahuan awaldapat mengoptimalkan kejelasan materi-bahan ajar serta menaikkan efisiensipenggunaan waktu belajar dan  pembelajaran.di samping itu, pengetahuan awal mempengaruhi perasaan anak didik pada menilaiinformasi yang dipresentasikan dalam sumbersumber belajar dan pada kelas.banyak pengetahuan awal yang belum ilmiah sangat resistan buat berubah.perubahan pengetahuan awal menuju konsepsi ilmiah terjadi dalam kuantitas yangsangat terbatas, atau hanya sedikit konsepsi baru terbentuk serta diintegrasikanoleh para murid ke pada pengetahuan yg telah dimiliki.

Pengetahuan awal memilih pada isi matapelajaran. Pandangan konstruktivistik memberikan wawasan bahwakonsepsi-konsepsi prapembelajaran menentukan proses serta hasil belajar. Konsepsitentang pengetahuan isi sangat penting untuk dikaji, lantaran tak jarang menimbulkansalah pemahaman. Duit (1996) menyatakan bahwa para anak didik dan juga para gurumemiliki persepsi naif, mereka memandang pengetahuan dapat diproduksi secara alamiahdan bukan output konstruksi insan yang bersifat belum pasti.

Konsepsi para pengajar mengenai tujuan-tujuanpembelajaran dalam umumnya serta tujuan sebuah insiden mengajar dalam khususnyasering tidak sinkron menggunakan konsepsi para anak didik. Di satu sisi, para guru mungkinmemiliki konsepsi bahwa suatu insiden tunggal mencerminkan kenyataan-fenomena yangsaling berhubungan. Di sisi lain, para anak didik mungkin nir mempunyai perspektifseperti itu. Apabila ini terjadi pada event belajar, maka muncullah misunderstandingdi kalangan anak didik.

Dalam pembelajaran, para pengajar nisbi sulitmengakomodasi pengetahuan awal anak didik. Oleh karena itu, informasi mengenai pengetahuanawal yg kurang ilmiah yg berurat berakar secara kuat pada benak siswahendaknya secara kontinu menjadi pemikiran bagi para pengajar, para pengambilkeputusan pendidikan, dalam rangka mewujudkan pembelajaran yg bermakna.

Dua faktor cukup esensial pada pembelajaranyang bermakna, yaitu orientasi desain dan evaluasi pembelajaran. Pembelajaranhendaknya berorientasi dalam kenyataan dunia nyata dengan penggunaan pendakatansaintifik. Pembelajaran hendaknya diupayakan bisa memberdayakan pengetahuan yangtelah dimiliki peserta didik serta penerapan evaluasi yg komprehesif, kerjaindividu berbasis proyek, pemecahan kasus kolaboratif, serta kerja kooperatifdalam kelompok-kelompok mini . Upaya-upaya tadi adalah bagian integralpendekatan konstruktivistik.

MODELPEMBELAJARAN INOVATIF
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yanglebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebihmemberikan peluang kepada anak didik buat mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri(self directed) serta dimediasi oleh teman sebaya (peer mediatedinstruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri dalam paradigmakonstruktivistik.
Pembelajaran inovatif yg berlandaskanparadigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentukkembali, atau mentransformasi fakta baru.
Transformasi terjadi melalui kreasi pemahamanbaru (Gardner, 1991) yang merupakan output berdasarkan munculnya struktur kognitifbaru. Pemahaman yg mendalam terjadi saat hadirnya keterangan baru yangmendorong keluarnya atau menaikkan struktur kognitif yg memungkinkan parasiswa memikirkan kembali ide-ilham mereka sebelumnya. Dalam seting kelaskonstruktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadipemikir yg otonom, menyebarkan konsep terintegrasi, mengembangkanpertanyaan yang menantang, serta menemukan jawabannya secara berdikari (Brook &Brook, 1993; Duit, 1996; Savery & Duffy, 1996). Tujuh nilai utamakonstruktivisme, yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas,reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, serta pluralisme. Nilai-nilai tersebutmenyediakan peluang pada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam.
Seting pedagogi konstruktivistik yangmendorong konstruksi pengetahuan secara aktif mempunyai beberapa ciri: (1)menyediakan peluang kepada anak didik belajar menurut tujuan yang ditetapkan danmengembangkan inspirasi-wangsit secara lebih luas; (dua) mendukung kemandirian murid belajardan berdiskusi, membuat interaksi, merumuskan balik inspirasi-ide, serta menarik kesimpulansendiri; (3) sharing dengan murid tentang pentingnya pesan bahwa duniaadalah loka yang kompleks di mana masih ada pandangan yg multi dan kebenaransering merupakan output interpretasi; (4) menempatkan pembelajaran berpusat padasiswa serta penilaian yg bisa mencerminkan berpikir divergen siswa.
Urutan-urutan mengajar konstruktivistik melibatkansuatu periode pada mana pengetahuan awal para murid didiskusikan secaraeksplisit. Dalam diskusi kelas yang menyerupai negosiasi, pengajar memperkenalkankonsepsi buat dipelajari serta mengembangkannya. Strategi perseteruan kognitifcenderung memainkan peranan utama waktu pengetahuan awal para siswadiperbandingkan menggunakan konsepsi yang diperlihatkan oleh guru.
Untuk maksud tadi, pemberdayaanpengetahuan awal para siswa sebelum pembelajaran merupakan galat satu langkah yangefektif pada pembelajaran konstruktivistik.
Beberapa pendekatan pembelajaran seringberfokus pada kemampuan metakognitif para murid. Para anak didik diberikan kebebasandalam berbagi keterampilan berpikir.
Pembelajaran mencoba memandu para siswamenuju pandangan konstruktivistik tentang belajar, bahwa siswa sendiri secaraaktif mengkonstruksi pengetahuan mereka. Penelitian sebelumnya telahmengungkapkan bahwa pembelajaran inovatif dapat menaikkan proses serta hasilbelajar siswa (Ardhana et al., 2018; Sadia et al., 2018; Santyasa et al., 2018).
Seirama dengan kesesuaian penerapan paradigmapembelajaran, tidak terlepas pula pada penetapan tujuan belajar yang disasardan hasil belajar yang diperlukan.
Tujuan belajar berdasarkan paradigmakonstruktivistik mendasarkan diri dalam 3 focus belajar, yaitu: (1) proses,(dua) tranfer belajar, serta (tiga) bagaimana belajar.
Fokus yang pertama—proses, mendasarkan diripada nilai sebagai dasar buat mempersepsi apa yang terjadi apabila siswadiasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari sang asumsi, bahwa dalambelajar, sesungguhnya murid berkembang secara alamiah. Oleh karena itu,paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan murid ke fitrahnya sebagaimanusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya menurut apa yangdipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmenuntuk beralih menurut konsep pendidikan berpusat dalam kurikulum menuju pendidikanberpusat dalam siswa. Dalam pendidikan berpusat dalam anak didik, tujuan belajar lebihberfokus dalam upaya bagaimana membantu para siswa melakaukan revolusi kognitif.model pembelajaran perubahan konseptual (Santyasa, 2018) adalah alternatifstrategi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang penekanan padaproses pembelajaran adalah suatu nilai utama pendekatan konstruktivstik.
Fokus yg ke 2—transfer belajar,mendasarkan diri pada premis “anak didik dapat menggunakan dibandingkan hanyadapat mengingat apa yg dipelajari”. Satu nilai yang dapatdipetik menurut premis tersebut, bahwa belajar bermakna harus diyakinimemiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan belajar menghafat,serta pemahaman lebih baik dibandingkan hafalan. Sebagai buktipemahaman mendalam adalah kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalamsituasi baru.
Fokus yg ketiga—bagimana belajar (how tolearn) memiliki nilai yang lebih krusial dibandingkan dengan apayang dipelajari (what to learn). Alternatif pencapaian learning how tolearn, merupakan menggunakan memberdayakan keterampilan berpikir siswa. Dalam halini, dibutuhkan fasilitas belajar buat ketarampilan berpikir. Belajar berbasisketerampilan berpikir merupakan dasar buat mencapai tujuan belajar bagaimanabelajar (Santyasa, 2018).
Desain pembelajaran yg konsisten dengantujuan belajar yg disasar tersebut tentunya diupayakan pula buat mencapaihasil belajar sesuai menggunakan yang diperlukan.
Paradigma mengenai hasil belajar yang berasaldari tujuan belajar kekinian tersebut hendaknya bergeser berdasarkan belajarhafalan menuju belajar mengkonstruksi pengetahuan.
Belajar hafalan, miskin denganretensi, transfer, serta output belajar. Siswa tidak menyediakan perhatianterhadap kabar relevan yang diterimanya. Belajar hafalan, hanya mampumengingat liputan-keterangan krusial berdasarkan pelajaran, tetapi nir bisamenampilkan unjuk kerja dalam menerapkan keterangan tersebut dalam memecahkanmasalah-kasus baru. Siswa hanya sanggup menambah berita dalam memori. Belajarmengkonstruksi pengetahuan dapat menampilkan unjuk kerja retensi dantransfer. Siswa mencoba membuat gagasan tentang kabar yg diterima,mencoba mengembangkan contoh mental dengan mengaitkan hubungan sebab dampak, danmenggunakan proses-proses kognitif dalam belajar.
Proses-proses kognitif utama meliputipenyediaan perhatian terhadap keterangan-warta yang relevan menggunakan seleksi,mengorganisasi infromasi-warta tadi dalam representasi yang koherenmelalui proses pengorganisasian, serta menggabungkanrepresentasi-representasi tadi dengan pengetahuan yg sudah ada dibenaknya melalui proses integrasi. Hasil-hasil belajar tersebut secarateoretik menjamin siswa untuk memperoleh keterampilan penerapan pengetahuansecara bermakna. Dalam hal ini, peranan pengajar sangat strategis buat membantu siswamengkonstruksi tujuan belajar.
Menurut output lembaga Carnegie tentangpendidikan dan ekonomi (Arend et al., 2018), di abad keterangan initerdapat sejumlah kemampuan yg wajib dimiliki sang Pengajar dalam pembelajaran.kemampuan-kemampuan tersebut, merupakan memiliki pemahaman yang baik tentang kerjabaik fisik maupun sosial, memiliki rasa serta kemampuan mengumpulkan dan menganalisisdata, mempunyai kemampuan membantu pemahaman anak didik, mempunyai kemampuan mempercepatkreativitas sejati anak didik, serta mempunyai kemampuan kolaborasi dengan orang lain.
Para Guru diharapkan dapat belajar sepanjanghayat seirama dengan pengetahuan yang mereka perlukan untuk mendukungpekerjaannya serta menghadapi tantangan dan kemajuan sains dan teknologi. Gurutidak diharuskan memiliki semua pengetahuan, tetapi hendaknya memilikipengetahuan yang cukup sesuai dengan yang mereka perlukan, di mana memperolehnya,serta bagaimana memaknainya. Para guru diharapkan bertindak atas dasar berpikiryang mendalam, bertindak independen dan kolaboratif satu sama lain, serta siap menyumbangkanpertimbangan-pertimbangan kritis. Para guru diharapkan menjadi masyarakatmemiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam. Di samping penguasaanmateri, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran,karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapaitujuan belajar dari topik-topik yang beragam.
Secara lebih spesifik, peranan guru dalampembelajaran adalah menjadi expert learners, menjadi manager, dansebagai mediator.
Sebagai expert learners, gurudiharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakanwaktu yang cukup buat murid, menyediakan perkara serta alternatif solusi,memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi saat murid sulitmencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, serta psikomotorsiswa.
Sebagai manager, pengajar berkewajibanmemonitor hasil belajar para siswa dan masalahmasalah yang dihadapi mereka,memonitor disiplin kelas serta hubungan interpersonal, serta memonitor ketepatanpenggunaan waktu dalam merampungkan tugas. Dalam hal ini, guru berperansebagai expert teacher yang memberi keputusan tentang isi, menseleksiprosesproses kognitif buat mengaktifkan pengetahuan awal serta pengelompokansiswa.
Sebagai mediator, pengajar memandumengetengahi antar anak didik, membantu para anak didik memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksirepresentasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa berbagi sikappositif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru denganpengetahuan awal, serta menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan parasiswa, pemodelan proses berpikir menggunakan menunjukkan pada murid ikut berpikirkritis.
Terkait dengan desain pembelajaran, peranguru merupakan mengkreasi dan memahami contoh-model pembelajaran inovatif. Gunter etal (1990:67) mendefinisikan an instructional model is a step-by-stepprocedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980)mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang dipakai sebagaipedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, contoh pembelajaran merupakankerangka konseptual yg melukiskan mekanisme yg sistematis dalam mengorganisasikanpengalaman belajar buat mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajarancenderung preskriptif, yang nisbi sulit dibedakan dengan strategipembelajaran.
An instructional strategy is a method fordelivering instruction that is intended to help students achieve a learningobjective (Burden & Byrd, 1999:85).
Selain memperhatikan rasional teoretik,tujuan, serta output yang ingin dicapai, contoh pembelajaran memiliki 5 unsurdasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkahoperasional pembelajaran, (dua) social system, adalah suasana serta normayang berlaku dalam pembelajaran, (tiga) principles of reaction,menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, serta meresponsiswa, (4) support system, segala wahana, bahan, alat, atau lingkunganbelajar yg mendukung pembelajaran, serta (lima) instructional dan nurturanteffects—hasil belajar yg diperoleh langsung berdasarkan tujuan yangdisasar (instructional effects) dan output belajar pada luar yg disasar (nurturanteffects).
Berikut diberikan delapan model modelpembelajaran yg berlandaskan paradigm konstruktivistik, yaitu: contoh reasoningand dilema solving, model inquiry training, model problem-basedinstruction, contoh pembelajaran perubahan konseptual, model group investigation,contoh problem-based learning, model penelitian Jurisprudensial, danmodel penelitian sosial.

1.model Reasoning and Problem Solving

Di abad pengetahuan ini, gosip tentang perubahanparadigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik yg menyangkut contentmaupun pedagogy. Perubahan tersebut mencakup kurikulum,pembelajaran, serta asesmen yg komprehensif (Krulik & Rudnick, 1996).
Perubahan tadi merekomendasikan model reasoningand dilema solving sebagai alternatif pembelajaran yg konstruktif.rasionalnya, bahwa kemampuan reasoning and problem solving merupakanketerampilan utama yg wajib dimiliki murid ketika mereka meninggalkan kelasuntuk memasuki dan melakukan aktivitas pada global konkret.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang beradadi atas level memanggil (retensi), yg meliputi: basic thinking, criticalthinking, serta creative thinking. Termasuk basic thinking adalahkemampuan tahu konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji,menghubungkan, serta mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkandan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingatdan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yangrasional, melukiskan kesimpulan yang valid, serta melakukan analisis danrefleksi.
Kemampuan-kemampuan creative thinking adalahmenghasilkan produk orisinil, efektif, serta kompleks, inventif, pensintesis,pembangkit, serta penerap ide.
Problem adalah suatu situasi yg tidak jelasjalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau gerombolan untukmenemukan jawaban serta problem solving adalah upaya individu ataukelompok buat menemukan jawaban menurut pengetahuan, pemahaman, keterampilanyang sudah dimiliki sebelumnya pada rangka memenuhi tuntutan situasi yg taklumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996). Jadi kegiatan problem solvingdiawali menggunakan konfrontasi serta berakhir apabila sebuah jawaban telahdiperoleh sinkron dengan syarat kasus. Kemampuan pemecahan perkara dapatdiwujudkan melalui kemampuan reasoning.
Model reasoning and problem solving dalampembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996),yaitu: (1) membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah,memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan, (2) mengeksplorasidan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan,membuat tabel, grafik, atau gambar), (3) menseleksi strategi (menetapkan pola, mengujipola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan),(4) menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar,serta geometri), (5) refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternativepemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikanmasalah-masalah variatif yang orisinil).
Sistem sosial yg berkembang adalah minimnyaperan pengajar menjadi transmitter pengetahuan, demokratis, pengajar dan siswa memilikistatus yang sama yaitu menghadapi masalah, hubungan dilandasi olehkesepakatan.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah gurulebih berperan menjadi konselor, konsultan, asal kritik yg konstruktif,fasilitator, pemikir taraf tinggi. Peran tadi ditampilkan utamanya dalamproses siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalahberupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses berpikir dasar,kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi, serta strategi pemecahan masalah nonrutin, serta masalah-masalah non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upayareasoning dan problem solving.
Sebagai dampak pembelajaran dalam model iniadalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahanmasalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secarabermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat belum pasti krilmuan,keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan murid, toleransi terhadapketidakpastian serta kasus-perkara non rutin.

2.model Inquiry Training

Untuk model ini, terdapat tiga prinsip kunci,yaitu pengetahuan bersifat tentative , manusia memiliki sifat ingin tahu yangalamiah, serta manusia mengembangkan indivuality secara mandiri. Prinsippertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip keduamengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, serta yang ketiga— kemandirian,akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah.
Model inquiry training memiliki limalangkah pembelajaran (Joyce & Weil, 1980), yaitu: (1) menghadapkan masalah(menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan),(2) menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi,memeriksa tampilnya masalah), (3) mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasivariabel yang sesuai, merumuskan hipotesis), (4) mengorganisasikan, merumuskan,serta menjelaskan, serta (5) menganalisis proses penelitian untuk memperolehprosedur yang lebih efektif.
Sistem sosial yang mendukung adalah kerjasama,kebebasan intelektual, serta kesamaan derajat. Dalam proses kerjasama, interaksisiswa harus didorong dan digalakkan. Lingkungan intelektual ditandai oleh sifatterbuka terhadap berbagai ide yang relevan. Partisipasi guru dan siswa dalampembelajaran dilandasi oleh paradigma persamaan derajat dalam mengakomodasikansegala ide yang berkembang.
Prinsip-prinsip reaksi yang harusdikembangkan adalah: pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakankesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butiryang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan,menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atasinteraksi, hasil eksplorasi,formulasi, serta generalisasi siswa.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalahberupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual,strategi penelitian, serta masalah yang menantang siswa untuk melakukanpenelitian.
Sebagai imbas pembelajaran dalam model iniadalah strategi penelitian serta semangat kreatif. Sedangkan dampak pengiringnyaadalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, swatantra anak didik,toleransi terhadap ketidakpastian dan kasus-kasus non rutin.

3.model Problem-Based Instruction

Problem-based instruction adalah modelpembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasiketerlibatan siswa pada belajar serta pemecahan kasus otentik (Arends et al.,2001). Dalam pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentangtopik-topik, murid belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka perkara, mengorganisasikandan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusunfakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan kasus, bekerja secara individualatau kolaborasi pada pemecahan masalah.
Modelproblem-based instruction memiliki lima langkah pembelajaran (Arend etal., 2018), yaitu: (1) guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atauisu yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisauntuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksiguru atau dari eksplorasi siswa), (2) guru membantu siswa mengklarifikasimasalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasimelibatkan sumber-sumber belajar, informasi, serta data yang variatif, melakukan survedan pengukuran), (3) guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasilpemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah danapa rasionalnya), (4) pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model,program komputer, serta lain-lain), serta (5) presentasi (dalam kelas melibatkansemua siswa, guru, bila perlu melibatkan administator dan anggota masyarakat).
Sistem sosial yg mendukung contoh iniadalah: kedekatan guru dengan anak didik pada proses teacher-asisted instruction,minimnya peran guru menjadi transmiter pengetahuan, hubungan sosial yangefektif, latihan pemeriksaan kasus kompleks.
Prinsip reaksi yang dapat dikembangkanadalah: peranan guru sebagai pembimbing serta negosiator. Peran-peran tersebutdapat ditampilkan secara verbal selama proses pendefinisian danpengklarifikasian perkara.
Sarana pendukung model pembelajaran iniadalah: lembaran kerja murid, materi ajar, panduan bahan ajar buat murid danuntuk guru, artikel, jurnal, kliping, alat-alat demonstrasi atau eksperimenyang sesuai, contoh analogi, meja dan korsi yang gampang dimobilisasi atau ruangankelas yang sudah ditata buat itu.
Dampak pembelajaran adalah pemahaman tentangkaitan pengetahuan dengan dunia nyata, serta bagaimana menggunakan pengetahuandalam pemecahan masalah kompleks.
Dampakpengiringnya adalah mempercepat pengembangan self-regulated learning, menciptakanlingkungan kelas yang demokratis, serta efektif dalam mengatasi keragaman siswa.


4.model Pembelajaran Perubahan Konseptual

Pengetahuan yang telah dimiliki olehseseorang sesungguhnya berasal dari pengetahuan yang secara spontan diperolehdari interaksinya dengan lingkungan. Sementara pengetahuan baru dapat bersumberdari intervensi di sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen, ataumasing-masing berdiri sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, siswa dihadapkanpada tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan intuisinya semula, (2) merevisi sebagianintuisinya melalui proses asimilasi, serta (3) merubah pandangannya yang bersifatintuisi tersebut dan mengakomodasikan pengetahuan baru. Perubahan konseptualterjadi ketika siswa memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi prosesperubahan konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasikonsepsi-konsepsi yang dibawa oleh siswa sebelum pembelajaran (Brook &Brook, 1993). Ini berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuantetapi memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menujupada proses perubahan konseptual (Hynd, et al,. 1994). Proses negosiasimakna tidak hanya terjadi atas kegiatan individu secara perorangan, tetapijuga ada menurut hubungan individu menggunakan orang lain melalui peer mediatedinstruction. Costa (1999:27) menyatakan meaning making is not just anindividual operation, the individual interacts with others to construct sharedknowledge.

Model pembelajaran perubahan konseptualmemiliki enam langkah pembelajaran (Santyasa, 2018), yaitu: (1) Sajian masalahkonseptual dan kontekstual, (2) konfrontasi miskonsepsi terkait denganmasalah-kasus tersebut, (3) konfrontasi sangkalan berikut taktik-strategidemonstrasi, analogi, atau contoh-contoh tandingan, (4) pertikaian pembuktiankonsep dan prinsip secara ilmiah, (5) konfrontasi materi dan model-contoh kontekstual,(6) pertikaian pertanyaan-pertanyaan buat memperluas pemahaman dan penerapanpengetahuan secara bermakna.
Sistem sosial yang mendukung model iniadalah: kedekatan pengajar menjadi teman belajar siswa, minimnya kiprah guru sebagaitransmiter pengetahuan, interaksi sosial yang efektif, latihan menjalani learningto be.
Prinsip reaksi yg dapat dikembangkanadalah: peranan pengajar menjadi fasilitator, negosiator, konfrontator. Peran-perantersebut bisa ditampilkan secara ekspresi atau tertulis melaluipertanyaan-pertanyaan resitasi dan konstruksi. Pertanyaan resitasi bertujuan memberpeluang kepada anak didik memangil pengetahuan yg sudah dimiliki dan pertanyaankonstruksi bertujuan menegosiasi serta mengkonfrontasi murid buat mengkonstruksipengetahuan baru.
Sarana pendukung model pembelajaran iniadalah: lembaran kerja anak didik, bahan ajar, pedoman materi ajar buat anak didik danuntuk guru, alat-alat eksperimen yang sesuai, model analogi, meja serta korsiyang mudah dimobilisasi.
Dampak pembelajaran dari model ini merupakan:sikap positif terhadap belajar, pemahaman secara mendalam, keterampilanpenerapan pengetahuan yg variatif. Dampak pengiringnya adalah: pengenalanjati diri, kebiasaan belajar dengan bekerja, perubahan paradigma, kebebasan,penumbuhan kecerdasan inter dan intrapersonal .

5.model Group Investigation

Ide contoh pembelajaran geroupinvestigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar.untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends,1998).
Dalam kitab itu, Dewey menggagas konseppendidikan, bahwa kelas seharusnya adalah cermin rakyat serta berfungsisebagai laboratorium buat belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama mengenai pendidikan(Jacob, et al., 1996), adalah: (1) murid hendaknya aktif, learning by doing;(2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalahberkembang, nir bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sinkron dengankebutuhan serta minat anak didik; (5) pendidikan harus mencakup aktivitas belajardengan prinsip saling memahami serta saling menghormati satu sama lain, artinyaprosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungandengan global nyata.
Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkandalam contoh group-investigationyang lalu dikembangkan olehHerbert Thelen. Thelen menyatakan bahwa kelas hendaknya merupakan miniaturdemokrasi yg bertujuan menelaah kasus-kasus sosial antar pribadi (Arends,1998). Model group-investigation memiliki enam langkah pembelajaran(Slavin, 1995), yaitu: (1) grouping (tetapkan jumlah anggota kelompok,memilih asal, memilih topik, merumuskan perseteruan), (2) planning (menetapkanapa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan apa, apatujuannya), (3) investigation (saling tukar warta serta pandangan baru,berdiskusi, penjelasan, mengumpulkan liputan, menganalisis data, membuatinferensi), (4) organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakanpresentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, serta notulis), (5) presenting(salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi,mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan), serta (6) evaluating (masing-masingsiswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing menurut hasildiskusi kelas, anak didik dan pengajar berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yangdilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaianpemahaman.
Sistem sosial yg berkembang adalah minimnyaarahan guru, demokratis, pengajar serta anak didik memiliki status yang sama yaitumenghadapi masalah, hubungan dilandasi oleh konvensi.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah gurulebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif.peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas,serta pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahanmasalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukandan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut. Pemaknaan perseoranganberkenaan dengan inferensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakankemampuan perseorangan.
Sarana pendukung contoh pembelajaran iniadalah: lembaran kerja siswa, materi ajar, panduan materi ajar untuk siswa danuntuk pengajar, peralatan penelitian yang sesuai, meja serta korsi yang mudahdimobilisasi atau ruangan kelas yg sudah ditata untuk itu.
Sebagai impak pembelajaran adalah pandangankonstruktivistik tentang pengetahuan, penelitian yg berdisiplin, prosespembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.
Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalahhormat terhadap HAM dan komitmen dalam bernegara, kebebasan sebagai siswa,penumbuhan aspek sosial, interpersonal, serta intrapersonal.

6.model problem-based learning

Problem-based learning adalah suatupendekatan pembelajaran dengan menciptakan konfrontasi kepada pebelajar denganmasalah-kasus simpel, berbentuk ill-structured, atau open-ended melaluistimulus pada belajar (Fogarty, 1997).
Model problem based learning memilikikarakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan suatupermasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungandengan dunia nyata pebelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran di seputarpermasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab sepenuhnyakepada pebelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri,(5) menggunakan kelompok kecil, serta (6) menuntut pebelajar untukmendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk ataukinerja (performance).
Masalah pada model problem based learningmengintegrasikan komponen-komponen konteks permasalahan, representasi atausimulasi masalah, serta manipulasi ruang permasalahan. Masalah yang diberikankepada pebelajar dikemas dalam bentuk ill-defined.

Representasiatau simulasi masalah dapat dibuat secara naratif, yang mengacu pada permasalahankontekstual, nyata dan authentik. Manipulasi ruang permasalahan memuat objek-objek,tanda-tanda, serta alat-alat yang dibutuhkan pebelajar dalam memecahkan masalah.manipulasi ruang permasalahan memungkinkan terjadinya belajar secara aktif dan bermakna.aktivitas menggambarkan interaksi antara pebelajar, objek yang dipakai, serta tanda-tandaserta alat-alat yang menjadi mediasi dalam interaksi.
Model problem-based learning dijalankandengan 8 langkah, yaitu: (1) menemukan masalah, (dua) mendefinisikan kasus, (tiga)mengumpulkan warta-keterangan, (4) menyusun dugaan sementara, (5) mempelajari, (6)menyempurnakan pertarungan yg sudah didefinisikan, (7) menyimpulkanalternatif-cara lain pemecahan secara kolaboratif, (8) menguji solusi perseteruan(Fogarty, 1997).
Menemukan masalah. Pebelajar diberikanmasalah berstruktur ill-defined yang diangkat dari konteks kehidupansehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan menggunakan kalimat-kalimat yangpendek dan menaruh sedikit keterangan-liputan di seputar konteks konflik.pernyataan konflik diupayakan menaruh peluang pada pebelajar untukmelakukan penyelidikan. Pebelajar menggunakan kecerdasan inter dan intra-personaluntuk saling tahu serta saling mengembangkan pengetahuan antar anggota kelompokterkait dengan perseteruan yang dikaji.
Mendefinisikan masalah. Pebelajarmendefinisikan perkara menggunakan kalimatnya sendiri. Permasalahan dinyatakandengan parameter yg kentara. Pebelajar menciptakan beberapa definisi sebagaiinformasi awal yg perlu disediakan. Pada langkah ini, pebelajar melibatkankecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yg dimiliki dalam memahamidan mendefinisikan perkara.
Mengumpulkan informasi-fakta. Pebelajar membukakembali pengalaman yang telah diperolehnya serta pengetahuan awal untukmengumpulkan liputan-keterangan. Pebelajar melibatkan kecerdasan beragam yang dimilikiuntuk mencari keterangan yg herbi permasalahan. Pada termin ini,pebelajar mengorganisasikan kabar-warta dengan memakai kata “apayang diketahui (know)”, “apa yg dibutuhkan (need to know)”, serta“apa yg dilakukan (need to do)” buat menganalisis pertarungan danfakta-kabar yg herbi perseteruan.

Menyusun dugaan sementara. Pebelajar menyusunjawaban-jawaban sementara terhadap konflik. Dalam hal ini, pebelajar jugamelibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya buat mengungkapkanapa yang dipikirkannya, membuat hubunganhubungan, jawaban dugaannya, danpenalaran mereka menggunakan langkah-langkah yg logis.
Menyelidiki. Pebelajar melakukan penyelidikanterhadap data-data serta informasi
yang diperolehnya berorientasi padapermasalahan. Pebelajar melibatkan kecerdasan majemuk yg dimilikinya dalammemahami dan memaknai warta serta kabar-fakta yang ditemukannya. Pengajar membuatstruktur belajar yg memungkinkan pebelajar dapat memakai aneka macam carauntuk mengetahui dan memahami global mereka.
Menyempurnakan perseteruan yg telahdidefinisikan.pebelajar menyempurnakan kembali perumusan perkara dengan merefleksikannyamelalui citra nyata yang mereka pahami. Pebelajar melibatkan kecerdasan verbal-linguisticmemperbaiki pernyataan rumusan kasus sedapat mungkin memakai katayang lebih sempurna.
Perumusanulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, serta menunjukkan secara jelasfakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelasdalam menganalisis data.
Menyimpulkan alternatif-cara lain pemecahansecara kolaboratif.pebelajar berkolaborasi mendiskusikan data serta kabar yg relevan denganpermasalahan. Setiap anggota grup secara kolaboratif mulai bergelut untukmendiskusikan pertarungan berdasarkan banyak sekali sudut pandang. Pada tahap ini prosespemecahan perkara berada dalam termin menyimpulkan cara lain -alternatifpemecahan yang didapatkan menggunakan berkolaborasi.kolaborasi sebagai mediasi untukmenghimpun sejumlah alternatif pemecahan perkara yang membuat alternatifyang lebih baik ketimbang dilakukan secara individual.
Menguji solusi permasalahan. Pebelajar mengujialternatif pemecahan yang sinkron menggunakan perseteruan aktual melalui diskusisecara komprehensip antar anggota grup buat memperoleh hasil pemecahanterbaik. Pebelajar menggunakan kecerdasan majemuk buat menguji alternatifpemecahan perkara dengan membuat sketsa, menulis, debat, menciptakan plot untukmengungkapkan inspirasi-ilham yang dimilikinya dalam menguji alternative pemecahan.
Minimnya peran guru sebagai transmiterpengetahuan merupakan ciri sistem social yang berkembang dalam pembelajaranini. Suasana kelas cenderung demokratis. Guru dan siswa memiliki peranan yangsama yaitu memecahkan masalah, serta interaksi kelas dilandasi oleh kesepakatankelas.
Prinsip reaksi yang berkembang dalampembelajaran ini adalah, bahwa pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan,asal kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir taraf tinggi. Perantersebut ditampilkan utamanya dalam proses anak didik melakukan kegiatan pemecahanmasalah.
Sarana pembelajaran dalam contoh problem-basedlearning adalah masalah-masalah aktual serta upayakan yg bersifat ill-definedyang mampu menciptakan suasana konfrontatif dan dapat membangkitkan prosesmetakognisi, berpikir tingkat tinggi, serta strategi pemecahan masalah yangbersifat divergen.
Dalam model problem-based learning ini,pemahaman, transfer pengetahuan, keterampilan berpikir tingkat tinggi,kemampuan pemecahan masalah, serta kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampaklangsung pembelajaran. Sedangkan peluang siswa memperoleh hakikat tentatifkeilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransiterhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin merupakan dampak pengiringpembelajaran.

7.model Penelitian Jurisprudensial

Dasar pemikiran model ini adalah terkaitdengan konsepsi mengenai warga yang memiliki pandangan serta prioritas yangberbeda tentang nilai sosial yang secara hokum saling bertentangan satu samalain. Untuk memecahkan perkara yg kontroversial dalam konteks sosial yangproduktif, setiap masyarakat negara perlu memiliki kemampuan buat dapat berbicarakepada orang lain serta berhasil menggunakan baik melakukan konvensi dengan orang lain.setiap masyarakat negara harus mampu menganalisis secara cerdas serta mengambil contohmasalah soaial, yg paling sempurna dalam hakikatnya berkenaan dengan konsepkeadilan, hak azasi manusia yang memang sebagai inti menurut kehidupan demokrasi.untuk bisa melakukan aktivitas tersebut, dibutuhkan 3 kemampuan, yakni: (a)mengenal menggunakan baik nilai-nilai yg berlaku pada sistem aturan dan politikyang terdapat pada lingkungan negaranya, (b) memiliki seperangkat keterampilan untukdapat dipakai dalam menjernihkan serta memecahkan masalah nilai, (c) menguasaipengetahuan tentang politik yang bersifat kontemporer yang tumbuh danberkembang dalam lingkungan negaranya.
Yang paling tepat digunakan menjadi bidangkajian dalam contoh ini merupakan perseteruan rasial serta etnis, permasalahan ideologi dankeagamaan, keamanan langsung, pertarungan antar golongan ekonomi, kesehatan,pendidikan serta kesejahteraan, dan keamanan nasional. Lingkup dan tingkatkerumitan menurut masing-masing bidang kajian tadi tentu saja harusdisesuaikan menggunakan tingkat usia serta lingkungan siswa.
Model penelitian Jurisprudensial ini memilikienam langkah pembelajaran (Joyse dan Weil, 1986:268). (1) Orientasi kasus,pada tahapan ini guru memperkenalkan materi pelajaran serta mereviu data yangada. (dua) Mengidentifikasi kasus, dalam tahapan ini, murid mensintesiskanfakta-informasi ke pada suatu masalah yang dihadapi, menentukan keliru satu kasus kebijaksanaanpemerintah buat didiskuskan, mengidentifikasi nilai-nilai serta pertarungan yg terjadi,mengenali informasi yg melatarbelakangi masalah serta pertanyaan yg terdefinisikan.(3) Menetapkan posisi, dalam tahapan ini siswa menimbang-menimbang posisiatau kedudukannya, lalu menyatakan kedudukannya pada konflik nilaitersebut dan dalam hubungannya menggunakan konsekuensi berdasarkan kedudukan itu. (4) Mengeksplorasicontoh-contoh serta pola-pola argumentasi, pada tahapan ini murid menetapkantitik di mana tampak adanya perusakan nilai atas dasar data yg diperoleh,membuktikan konsekuensi yang diinginkan serta yg tidak diinginkan menurut posisiyang dipilih, menjernihkan permasalahan nilai menggunakan melakukan proses analogi,menetapkan prioritas dengan cara membandingkan nilai yg satu dengan yanglainnya dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki galat satu nilai. (5)Menjernihkan dan menguji posisi, pada tahapan ini siswa menyatakanposisinya dan memberikan rasional mengenai posisinya tersebut, serta kemudianmenguji sejumlah situasi yang serupa, siswa meluruskan posisinya. (6) Mengujiasumsi faktual yg melatarbelakangi posisi yang diluruskannya, padatahapan ini murid mengidentifikasi perkiraan faktual dan tetapkan sinkron atautidaknya, menetapkan konsekuensi yang diperkirakan serta menguji kesahihanfaktual menurut konsekuensi tadi.
Sistem sosial yg berkembang, bahwa gurumemulai membuka tahapan dan bergerak dari termin yang satu ke termin lainnyatergantung dalam kemampuan para murid untuk menyesuaikan tugas-tugas belajarnyapada masing-masing tahapan. Setelah siswa mengalami satu kali prosesJurisprudensial, dibutuhkan masing-masing murid akan dapat melakukannya tanpabantuan menurut orang lain.
Prinsip reaksi yang berlangsung terutama yangterjadi pada tahap keempat dan kelima tidak bersifat evaluatif, menyetujui,atau tidak menyetujui. Apa yang dilakukan oleh guru, merupakan reaksi terhadapkomentar siswa dengan cara memberi pertanyaan mengenai relevansi, keajegan,kekhususan, atau keumuman, serta kejelasan secara definitif. Untuk dapat memerankanhal tersebut, guru hendaknya dapat mengantisifasi nilai yang diajukan olehsiswa dan berkenaan dengan hal tersebut, guru hendaknya siap memfasilitasisiswa dengan hal-hal yang menantang dan melacak kebutuhan siswa lebih jauh.
Sistem pendukung yang diharapkan pada modelini adalah sumber-asal dokumen yang relevan menggunakan perkara. Seyogyanyadisediakan asal-asal yang dipublikasikan secara resmi mengenai masalah-kasusyang aktual. Guru bisa jua menyebarkan system pendukung dengan caramerangkum berita tentang masalah-perkara menurut banyak sekali sumber liputan yangsangat langka atau yg memang sukar diperoleh oleh anak didik. Di dalam menerapkanmodel ini, 2 hal yg perlu diperhatikan merupakan taraf usia murid serta lingkunganbelajarnya.
Dampak pembelajaran model penelitianJurisprudensial ini adalah: kemampuan mengasumsikan peranan siswa lain dankemampuan dalam berdialog. Sedangkan dampak pengiring pembelajaran adalah:kerangka untuk menganalisis isu-isu sosial, empati/pluralisme, fakta tentangmasalah sosial, serta kemampuan untuk berpartisipasi melakukan tindakan sosial.

8.model Penelitian Sosial

Model pembelajaran penelitian sosialmendasarkan diri pada kemampuan guru untuk melakukan refleksi terhadap kelas dimana dia memfasilitasi siswa. Menurut Massialas dan Cox (dalam Joys dan Weil,1986), bahwa suasana kelas yang reflektif memiliki tiga karakteristik utama,yaitu: (1) aspek sosial kelas dan keterbukaan dalam diskusi, (2) penekanan padahipotesis sebagai fokus utama, serta (3) penggunaan fakta sebagai bukti.
Model pembelajaran ini mempunyai enam langkahpembelajaran. (1) Orientasi sebagai langkah buat menciptakan anak didik sebagai pekaterhadap masalah serta bisa merumuskan masalah yang akan sebagai pusatpenelitian. (2) Perumusan hipotesis yang akan dibuktikan sebagai pembimbingatau panduan dalam melakukan penelitian. (tiga) Penjelasan serta pendefinisianistilah-istilah yg terkandung dalam hipotesis. (4) Eksplorasi pada rangka mengujihipotesis pada kerangka validasi serta pengujian konsistensi internal sebagaidasar proses pengujian. (lima) Pembuktian dengan cara mengumpulkan data yangbersangkut paut dengan esensi hipotesis. (6) Merumuskan generalisasi berupapernyataan yg mempunyai taraf abstraksi yg luas yg mengaitkan beberapakonsep yang erat kaitannya dengan hipotesis.
Prinsip sosial yang berkembang ditandaidengan adanya tindakan guru mengambil inisiatif untuk meneliti dan memandusiswa dari tahap yang satu ke tahap yang lain. Siswa dalam melakukan prosespenelitian akan sangat tergantung pada kemampuan dalam penelitian, serta ia harusmemikul tanggung jawab untuk mengikuti proses dari tahap satu hingga tahap akhir.
Prinsip reaksi guru lebih ditandai olehperanannya sebagai konselor yang bertugas membantu para siswa untukmenjernihkan kedudukannya, memperbaiki proses belajar, merencanakan,mengembangkan, serta melaksanakan pembelajaran. Guru bertugas membantu siswadalam penggunaan bahasa yang komunikatif, logika yang rasional, obyektif,pengertian tentang asumsi, serta berkomunikasi secara efektif dengan siswa lain.akibat dari tugas tersebut, guru lebih memiliki peranan yang bersifatreflektif, di kelas tempatnya memfasilitasi siswa memahami dirinya dan mampumenemukan alur berpikir sendiri. Dengan demikian, guru selalu bertindak sebagaipenjernih, pengarah, konselor, serta instruktur.
Sistem pendukung primer yang dibutuhkan dalammengimplementasikan contoh pembelajaran ini merupakan, pengembangan cara pemecahanmasalah kehidupan yg fleksibel, sumber kepustakaan yang takterbatas, danakses fakta yg lain menjadi asal belajar yang baik. Lingkungan belajaryang kaya akan berita sangat dibutuhkan keberadaanya, sebagai akibatnya memberipeluang secara optimal pada siswa buat melakukan proses penelitian denganbaik.
Dampak pembelajaran model penelitian sosialini adalah: penjagaan terhadap masalahmasalah sosial dan komitmen terhadap peningkatankualitas siswa sebagai warganegara. Sedangkan dampak pengiringnya adalah:penghargaan terhadap hak azasi manusia, tindakan sosial, serta toleransi dalamberdialog.


= Baca Juga =


Popular posts from this blog

Pembagian Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Terbaru

ADZAN IQOMAH DAN DOA SESUDAH ADZAN TERBARU

Mencari Keliling dan Luas Gabungan Dari Persegi Panjang dan Setengah Lingkaran Terbaru