Penjelasan Cara Kerja Lengan Robot Tawan Iron Man HOAX
Pertama ayo kita posisikan kita yg mengamati masalah tawan iron man menggunakan lengan robot buatan ini menjadi penikmat sains atau sience alias ilmu pengetahuan. Kesampingkan dulu nilai kemanusiaan yang bahwa tawan iron man ini adalah manusia yang serba kekurangan dan susah. Dengan begitu kita sanggup melihat secara objekktif apakah lengan robot bikinan tawan iron man ini sahih benar telah memenuhi kaidah sains hingga tidak kita sebut menjadi HOAX alias tipu tipu belaka.
Satu klaim tawan iron man yg kemudian sebagai nilai krusial menurut lengan robot ini merupakan, tangan robot protesis ini sanggup digerakan melalui fikiran. Bila sekedar lengan mekanis yg bisa bergerak mobilitas sih itu adalah hal yg masuk akal serta masuk akal dan jumlahnya telah nir terhitung yg dibuat manusia. Lain hal dengan lengan mekanis tawan iron man, yang mana mampu digerakan dengan fikiran. Wow...
Makanya kemudian banyak yang menjuluki tawan si iron man, karena lengen robotnya telah menyatu dengan dirinya layaknya iron man, tangan tadi mampu beranjak sesuai menggunakan fikiran tawan. Pertanyaanya lalu? Benarkah ini? Atau hoax kah ini?
Sementara pada keterangan yg lain ternyata tawan mengaku penangkap frekuwensi otaknya ternyata bukan EEG melainkan Lie Detector
Sumber: //www.kompasiana.com/takutpada-allah-/mengungkap-rahasia-lengan-robot-bli-tawan_56a597b63dafbdf80450453b
Jadi yang mana yang sahih? EEG atau lie detector yang menangkap frekuwensi otak tawan? Karena kedua hal tadi sama sekali berbeda. Lihat penerangan lie detector
Soal alat lie detector. Apakah dengan ditunjukkan circuitnya lalu ini benar bekerja ?. Itu hanya sebuah gambar yg nir menunjukan apapun. Setahu aku lie detector nir perlu ditaruh dikepala. Lie detector buat mendeteksi detak jantung.
Satu klaim tawan iron man yg kemudian sebagai nilai krusial menurut lengan robot ini merupakan, tangan robot protesis ini sanggup digerakan melalui fikiran. Bila sekedar lengan mekanis yg bisa bergerak mobilitas sih itu adalah hal yg masuk akal serta masuk akal dan jumlahnya telah nir terhitung yg dibuat manusia. Lain hal dengan lengan mekanis tawan iron man, yang mana mampu digerakan dengan fikiran. Wow...
tawan robot (asal kompasiana.com)
Makanya kemudian banyak yang menjuluki tawan si iron man, karena lengen robotnya telah menyatu dengan dirinya layaknya iron man, tangan tadi mampu beranjak sesuai menggunakan fikiran tawan. Pertanyaanya lalu? Benarkah ini? Atau hoax kah ini?
Tawan plin plan soal antara EEG dan Lie Detector
Di beberapa situs media mainstream disebtukan, jika yg menangkap frekuwensi dari otak tawan yang lalu diolah sebagai mobilitas adalah EEG (Electro Encephalo Graph). Lihat informasi ( //news.dtk.com/fakta/3124214/tawaran-lab-dan-paten-mulai-datang-ini-planning-tawan-buat-lengan-robotnya).
"Makanya saya ingin membarui EEG ini dengan sensor bionik. Tapi nggak memahami berapa harganya," tambah Tawan.
Sementara pada keterangan yg lain ternyata tawan mengaku penangkap frekuwensi otaknya ternyata bukan EEG melainkan Lie Detector
Barang-barang bekas yang murah serta hanya dibeli nir lebih menurut 100 ribu rupiah dijadikan komponen pendukung lengan bionik tadi. Yang paling mahal serta berakibat inti menurut lengan tadi adalah harga mesin semacam Polygraph atau Lie Detector.
Orang biasa menyebutnya mesin pendeteksi kebohongan. Jadi selama ini pada beberapa media menyebut bahwa sebelumnya Bli Tawan menjamin asal penggerak yang dari berdasarkan sensor syaraf menggunakan system EEG (Electro Encephalo Gram ).
“Itu nir benar, yg benar system kerja sensor lie detector. Saya minta tolong kawan saya membelikan pada web lewat googling bahasa Indonesia. Harganya lebih kurang 4,5 juta rupiah”, jelas Bli Tawan kepada kami.
Sumber: //www.kompasiana.com/takutpada-allah-/mengungkap-rahasia-lengan-robot-bli-tawan_56a597b63dafbdf80450453b
Jadi yang mana yang sahih? EEG atau lie detector yang menangkap frekuwensi otak tawan? Karena kedua hal tadi sama sekali berbeda. Lihat penerangan lie detector
Soal alat lie detector. Apakah dengan ditunjukkan circuitnya lalu ini benar bekerja ?. Itu hanya sebuah gambar yg nir menunjukan apapun. Setahu aku lie detector nir perlu ditaruh dikepala. Lie detector buat mendeteksi detak jantung.
Biasanya diletakkan pada lengan atau jari. KENYATAANNYA terdapat alat yg melingkar di kepala. Ini yang awalnya dia katakan menjadi EEG yang lalu dikoreksi sebagai lie detector. Kalau lie detector yang digunakan maka indera Pak Tawan hanya mampu meninggal hidup. Kayak remote kipas angin. Persis misalnya klaim dia lie detector sebagai on off.
Padahal bila melihat gerakan tangan robotnya gak relatif hanya tewas hidup. Harus ada acara untuk menggerakkannya. Ini aku nemu di internet. Kayaknya ini yang ditunjukkan ke Anda. Silahkan baca di sini jua : //en.pedoman materi Belajar.org/wiki/Lie_detection Kalau cuma bilang polygraph aku jua bisa. Karena sekarang di internet semua terdapat.
Suatu rangkaian cerita wajib mampu disinkronisasi apabila ingin meyakini bahwa cerita itu benar. Dan cerita Pak Tawan menabrak semua aturan sinkronisasi cerita. Apakah anda pernah membaca bahwa alat dia cuma terselesaikan dalam 2 bulan meskipun harus gonta-ganti berdasarkan remote, bluetooth, android serta eeg. Dia nir pernah menyebut lie detector sama sekali.
Kenapa lie detector tiba-tiba timbul ? Terakhir aku baca pada media bila alatnya rusak serta alasan rusaknya pun bhineka. Saya tidak ingin menuduh akan tetapi cerita Pak Tawan telah mengangkangi semua kaidah ilmiah dan sains
Kalau saya cermati dari aneka macam media berita dia selalu berubah. Pada ketika informasi ini keluar dia bilang gunakan EEG beritanya kentara dan terdapat pada mana-mana sekarang bilang pakai lie detector. Saya gak tahu pada gambar Anda itu apakah circuit lie detector yg beliau bicarakan atau bukan.
skema elektro lengan robot tawan yang digambar secara sderhana asal (//www.kompasiana.com/takutpada-allah-/mengungkap-misteri-lengan-robot-bli-tawan_56a597b63dafbdf80450453b)
Tetapi berdasarkan saya itu hanyalah sebuah circuit lampu kedip atau flip flop. Bahkan bahan praktek anak SMP ini lebih kompleks :
Di detik.com (saya gak baca dikompas). Dia bilang gonta ganti controler mulai menurut remote, bluetooth, android terakhir EEG. Selesai cuma dua bulan.
EEGnya beli di Amerika. Saya seringkali beli barang teknik pula dari LN. Nyampainya sanggup sebulan kadang lebih kalau kena tahan Bea Cukai. Ini nir lumrah bahkan seseorang profesor doktor belum tentu sanggup dua bulan bikin alat sesempurna itu. Gerakannya pun halus sekali. Apalagi masi menunggu menurut LN.
Ini pendapat Dr. Arjon Turnip yg meragukan alat Tawan. Beliau merupakan ahli pengendalian otak. //www.galamedianews.com/bandung-raya/51260/dr-arjon-cipatakan-kursi-roda-super-sophisticated-berbasis-brain-computer-interface.html //sains.kompas.com/read/2016/01/24/21041651/Bagaimana.tangan.robot.tawan.mencengangkan.sekaligus.meragukan.peneliti.mengungkapnya
Kemudian bila liat yang istilah dia merupakan kontroler itu jua kurang lumrah. Di fakta beliau bilang pakai PC bekas, ada PCB mouse bekas, ada HD 3.lima. Kontroler si Tawan harusnya gunakan microcontroler bukan PC bekas. Daya gak bakal ngangkat bila pake PC apalagi hardisknya tiga.lima. Soalnya dia cuma naruh aki kecil disitu, Ini gak wajar serta menyalahi kaidah ilmiah.
Lagipula kontroler si Tawan ini gak butuh hardisk programnya relatif di taruh dalam EPROM.
Dosen Udayana kemarin bilang beliau belum sanggup memakai alat tsb. Alat tsb hanya bisa digunakan Tawan. Beliau hanya menyimpulkan SECARA PRINSIP alat ini MASUK AKAL.
Beliau bilang BELUM BISA MENGGUNAKAN ALAT INI. Kesimpulannya beliau bilang indera ini belum terbukti mampu bekerja. Dan akan balik untuk pengujian yang lebih lebih jelasnya. //regional.kompas.com/read/2016/01/23/19502221/Dosen.teknik.mesin.universitas.udayana.uji.coba.tangan.robot.tawan Terakhir beliau bilang alatnya rusak. Di liputan6 alasannya adalah karena dirusakkan ahli berdasarkan kampus.
Di kompas bilangnya rusak kena hujan. Banyak yang bilang jikalau mau memastikan harus ke sana sendiri akan tetapi Anda sudah kesana serta ternyata Anda dikasih rangkaian yg ucapnya lie detector yg kenyataannya hanya Flip Flop serta Anda jua gak tahu. Untuk mengambarkan sesuatu kadang tidak harus ke tempatnya. Ilmu niscaya ada kaidah yang wajib di tepati. Ilmiah permanen ilmiah. Mengukur diameter surya gak harus datang ke mentari bawa meteran. Analogi lainnya, Polisi mengungkap masalah gak wajib melihat eksklusif peristiwa.
Cukup informasi saksi serta bukti. Kalau warta yang absurd polisi akan bilang patut diduga serta bila buktinya bertenaga akan jadi tersangka. Yang aku lihat netizen selalu bilang jangan iri & sok memahami. Ini karya anak bangsa. Kalau memang sahih kayak Pak Kusrin & kendaraan beroda empat listrik saya akan angkat topi. Tapi jikalau ternyata hanya bualan ?
Apakah hanya karena kurang beruntung kemudian kita mengabaikan akal sehat dan bawa perasaan saja ? Dunia sudah penuh dengan persaingan dan orang Amerika telah ke bulan kita diberikan sesuatu yang di luar akal masih percaya ?
I Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD, dosen Teknik Mesin Universitas Udayana akhir pekan kemudian mengunjungi bengkel las I Wayan Sumardana, lantaran turut bertanya-tanya dengan lengan mesin karya pria yg juga dipanggil Tawan tersebut.
Dia pertama kali datang pada hari Jumat (23/1), tetapi saat itu mendapati Tawan sedang berkunjung ke tempat tinggal sakit. Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya dia menetapkan buat pergi serta berencana pulang keesokan harinya.
Pada hari Sabtu (24/1), beliau berhasil menemui Tawan, tetapi beliau mendapati fakta bahwa lengan mesin laki-laki lulusan SMK Rekayasa jurusan ilmu elektronika itu rusak. Akhirnya beliau pun hanya bertanya menggunakan Tawan untuk mendapatkan warta soal lengan mesinnya tadi.
Dari bincang-bincangnya dengan Tawan tersebutlah, menurutnya ada kaidah ilmu robot yg belum dalam karya Tawan. Ini yang mengakibatkan sistem kerjanya diragukan, tidak masuk logika.
I Wayan Sumardana alias Tawan pencipta indera bantu kerja berbentuk lengan mesin, menunjukan mahkota dengan chip "EEG / Lie Detector" (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Electronecephalography (EEG)
Menurut Tawan, EEG ini memiliki contoh yang simpel berkat adanya lie detector atau alat uji kebohongan yang biasa digunakan oleh pihak kepolisan. Alat itu dipasangkan pada kepalanya dengan untaian beberapa kabel.
Alat lie detector inilah yg sebagai sensor otak buat mengirimkan perintah kepada lengan robotnya. Ada 8 kabel yang dipasangkan, empat kabel menggunakan masing-masing dua cip buat melakukan satu perintah.
Apa yang diungkapkan Tawan, dibenarkan sang Widhiada. Sebab istilah EEG merupakan indera pendukung yang digunakan buat menangkap sinyal listrik yg terdapat di otak pada bentuk gelombang-gelombang seperti alfa, beta, teta, serta lain sebagainya.
Wayan Widhiada,ST, Msc, PhD, Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana
Kemana sensor mobilitas EEG dikirimkan?
Tawan bilang sensor lie detector tersebut akan mengirimkan sinyal dari kabel penghubung ke power amplifier berbentuk semacam PCB dari radio bekas. PCB inilah yang menjadi tenaga buat menangkap sinyal berdasarkan lie detector.
Karena lie detector miliknya itu mempunyai arus 7,5 volt, maka di PCB itu juga dipasangkan alat buat menurunkan daya menjadi 5 volt. Ini dilakukan buat mencegah kelebihan beban arus. Kemudian terdapat pula motor buat mengganti arus DC ke AC.
Pak Tawan juga bilang tidak gunakan personal komputer , aku pejamkan mata pribadi beranjak, itu nir jelasI Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD
Hal ini yg dianggap tidak mungkin sang dosen Teknik Mesin Undayana. Sebab, seharusnya frekuwensi listrik yg dikirimkan sang otak Tawan dikirim ke cip yg disebut mikrokontroler. Dan itu nir sesederhana apa yg dipasang sang pria berusia 31 tahun tadi.
Apa itu inverter? Inverter adalah alat buat menerjemahkan bahasa yg dikirimkan frekuwensi listrik berdasarkan otak. Seperti kendaraan beroda empat remote control, perlu menerjemahkan bagaimana kendaraan beroda empat itu sanggup beranjak maju atau mundur yg diperintahkan berdasarkan remote.
CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Benarkah perintah otak menggerakan lengan mesin?
Hanya menggunakan memejamkan mata, kemudian Tawan melakukan ritual 'kebohongan' misalnya mengungkapkan bahwa gula itu asin. Lantaran tahu Tawan dusta , maka alat uji kebohongan akan merespons dengan mengirimkan frekuwensi listrik buat menggerakkan lengannya.
Lagi, berdasarkan Widhiada hal tadi mustahil tanpa mikrokontroler serta inverter yang mampu mengirimkan, mendapat perintah buat berkiprah.
Dia bilang secara kaidah robotika merupakan tidak sahih, apalagi Tawan menjelaskan mikrokontroler asal dari radio bekas, bukan RaspBerry Pi atau buatan sendiri.
Bisakan roda-roda menggerakan lengan?
Dari rangkaian yg dia lihat, Widhiada menyatakan merasa mungkin rangkaian tape deck yg terdapat di posisi belakang Tawan sebagai penggerak roda gir buat membuat posisi lengan mesinnya naik atau turun tanpa harus menggunakan EEG, hanya saklar.
Namun lagi-lagi itu pun agaknya mustahil lantaran daya listrik di yg asal dari komponen barang printer bekas tidak bisa mengangkat lengan yg sebesar itu.
Hal yang mewaspadai berdasarkan lengan robot tawan
I Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD, dosen Teknik Mesin Universitas Udayana akhir pekan kemudian mengunjungi bengkel las I Wayan Sumardana, lantaran turut bertanya-tanya dengan lengan mesin karya pria yg juga dipanggil Tawan tersebut.
Dia pertama kali datang pada hari Jumat (23/1), tetapi saat itu mendapati Tawan sedang berkunjung ke tempat tinggal sakit. Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya dia menetapkan buat pergi serta berencana pulang keesokan harinya.
Pada hari Sabtu (24/1), beliau berhasil menemui Tawan, tetapi beliau mendapati fakta bahwa lengan mesin laki-laki lulusan SMK Rekayasa jurusan ilmu elektronika itu rusak. Akhirnya beliau pun hanya bertanya menggunakan Tawan untuk mendapatkan warta soal lengan mesinnya tadi.
"Ketika saya tahu lengan robotnya itu rusak aku jadi nir memahami bagaimana EEG (Electronecephalography) itu bekerja atau nir. Namun aku bertanya dalam dia, serta dalam dasarnya pak Tawan nir sanggup menyebutkan secara teori. Dia hanya bilang, dia memejamkan mata dan lengannya langsung berkiprah," katanya, saat ditemui CNNIndonesia.com, di ruang kerjanya.
Dari bincang-bincangnya dengan Tawan tersebutlah, menurutnya ada kaidah ilmu robot yg belum dalam karya Tawan. Ini yang mengakibatkan sistem kerjanya diragukan, tidak masuk logika.
Electronecephalography (EEG)
Menurut Tawan, EEG ini memiliki contoh yang simpel berkat adanya lie detector atau alat uji kebohongan yang biasa digunakan oleh pihak kepolisan. Alat itu dipasangkan pada kepalanya dengan untaian beberapa kabel.
Alat lie detector inilah yg sebagai sensor otak buat mengirimkan perintah kepada lengan robotnya. Ada 8 kabel yang dipasangkan, empat kabel menggunakan masing-masing dua cip buat melakukan satu perintah.
Apa yang diungkapkan Tawan, dibenarkan sang Widhiada. Sebab istilah EEG merupakan indera pendukung yang digunakan buat menangkap sinyal listrik yg terdapat di otak pada bentuk gelombang-gelombang seperti alfa, beta, teta, serta lain sebagainya.
Kemana sensor mobilitas EEG dikirimkan?
Tawan bilang sensor lie detector tersebut akan mengirimkan sinyal dari kabel penghubung ke power amplifier berbentuk semacam PCB dari radio bekas. PCB inilah yang menjadi tenaga buat menangkap sinyal berdasarkan lie detector.
Karena lie detector miliknya itu mempunyai arus 7,5 volt, maka di PCB itu juga dipasangkan alat buat menurunkan daya menjadi 5 volt. Ini dilakukan buat mencegah kelebihan beban arus. Kemudian terdapat pula motor buat mengganti arus DC ke AC.
Pak Tawan juga bilang tidak gunakan personal komputer , aku pejamkan mata pribadi beranjak, itu nir jelasI Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD
Hal ini yg dianggap tidak mungkin sang dosen Teknik Mesin Undayana. Sebab, seharusnya frekuwensi listrik yg dikirimkan sang otak Tawan dikirim ke cip yg disebut mikrokontroler. Dan itu nir sesederhana apa yg dipasang sang pria berusia 31 tahun tadi.
"Jadi sebelum menangkap frekuwensi (EEG) harus ada penerjemah ke mikrokontroler, serta sebelum ke mikrokontroler itu harus melalui inverter," ucapnya.
Apa itu inverter? Inverter adalah alat buat menerjemahkan bahasa yg dikirimkan frekuwensi listrik berdasarkan otak. Seperti kendaraan beroda empat remote control, perlu menerjemahkan bagaimana kendaraan beroda empat itu sanggup beranjak maju atau mundur yg diperintahkan berdasarkan remote.
"Mikrokontroler ini seperti otak. Kalau nir ada ya seperti aksesoris benda meninggal saja," katanya.
Benarkah perintah otak menggerakan lengan mesin?
Hanya menggunakan memejamkan mata, kemudian Tawan melakukan ritual 'kebohongan' misalnya mengungkapkan bahwa gula itu asin. Lantaran tahu Tawan dusta , maka alat uji kebohongan akan merespons dengan mengirimkan frekuwensi listrik buat menggerakkan lengannya.
Lagi, berdasarkan Widhiada hal tadi mustahil tanpa mikrokontroler serta inverter yang mampu mengirimkan, mendapat perintah buat berkiprah.
"Input referral berdasarkan EEG diubahsuaikan menggunakan apa, disimpan dimana? Pak Tawan jua bilang tidak pakai komputer, saya pejamkan mata pribadi berkiprah, itu tidak jelas, "
Dia bilang secara kaidah robotika merupakan tidak sahih, apalagi Tawan menjelaskan mikrokontroler asal dari radio bekas, bukan RaspBerry Pi atau buatan sendiri.
Bisakan roda-roda menggerakan lengan?
Dari rangkaian yg dia lihat, Widhiada menyatakan merasa mungkin rangkaian tape deck yg terdapat di posisi belakang Tawan sebagai penggerak roda gir buat membuat posisi lengan mesinnya naik atau turun tanpa harus menggunakan EEG, hanya saklar.
Namun lagi-lagi itu pun agaknya mustahil lantaran daya listrik di yg asal dari komponen barang printer bekas tidak bisa mengangkat lengan yg sebesar itu.