Penjelasan Ilmiah Sangkakala dan Alam semesta Berbentuk terompet Versi Alquran dan Sains
Seiring hebohnya isu bunyi seperti trompet yg diklaim berasal menurut langit, timbul pula kabar yg menyatakan bahwa bentuk alam semesta kita pula menyerupai trompet.
Mungkin latif jika alam semesta kita memang berbentuk mirip alat musik itu. Namun sayangnya, kata Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), keterangan itu galat kaprah.
"Bentuk trompet itu bukan bentuk alam semesta, melainkan gambaran contoh evolusi alam semesta," katanya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/5/2015).
Thomas menguraikan, pada sejarahnya, astronom pernah punya dua model yang menjelaskan evolusi alam semesta. Tahun 1990-an, model evolusi alam semesta yang poly digunakan berbentuk seperti bel.
"Dalam contoh bel itu dipahami bahwa awalnya alam semesta mengembang cepat sekali hingga menjadi sangat akbar. Kemudian, proses mengembangnya alam semesta melambat hingga ketika ini," urai Thomas.
Namun, pada perkembangannya, astronom tahu bahwa proses mengembangnya alam semesta pada termin awal tidak secepat yg dikira. "Lalu tahun 2018-an, berkembang model evolusi alam semesta yg mirip trompet ini," istilah Thomas.
Lantas, seperti apa bentuk alam semesta? Apakah bundar atau balok? Menurut Thomas, bentuknya sulit buat dideskripsikan. "Alam semesta itu berhingga, namun tidak berbatas," ucapnya.
"Kalau ada cahaya yang kuat sekali dan itu dipancarkan ke alam semesta, mampu jadi akhirnya sampai pada punggung kita sendiri. Atau kalau terdapat galaksi yang kita lihat jauh, mampu jadi itu merupakan galaksi kita. Berhingga, tetapi nir berbatas," ujarnya lagi.
Sifat manusia yg kepo (ingin memahami) membuat banyak orang ingin mengetahui bagaimana bentuk bumi serta isinya yang mereka tinggali. Berbagai penelitian dilakukan buat mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Mulai berdasarkan eksplorasi Archimedes hingga Galilea Galileo. Awalnya, banyak manusia beranggapan bahwa bumi itu datar dan dikelilingi mentari .
Awalnya insan menerka bumi itu datar Via: fondosplus.com
Namun, pernyataan itu terbantah sang Galilea Galileo yang melakukan penelitian serta memberitahuakn output bahwa bumi itu bundar dan mengelilingi mentari . Eits tapi nggak hanya sampai di situ aja manusia kepo akan tempat mereka berpijak. Lebih lanjut lagi, keingintahuan soal bagaimana bentuk alam semesta.
Galilea Galileo membantah asumsi itu Via: phsy.org
Berkat teknologi yang semakin sophisticated, membuat keliru satu profesor dari Ulm University Jerman bernama Frank Steiner memecahkan pertanyaan itu dengan memakai WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Prob) indera canggih yang dipunya NASA (National Aeronautics and Space Administration). Alat itu merekam bagaimana keadaan alam semesta yang sebenarnya.
Ini yg namanya WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Prob) Via: bigthink.com
Dari apa yang terlihat berdasarkan WMAP, Frank Steiner menyimpulkan bahwa alam semesta berbentuk seperti terompet. Kok sanggup? Iya, jadi WMAP merekam pada mana bagian ujung (belakang) dari alam semesta merupakan bagian yg tidak mampu pada amati, serta bagian depan adalah bagian yg mampu terlihat oleh WMAP.
Bukti alam semesta seperti terompet Via: fatwarohman.blogspot.com
Bukti alam semesta misalnya terompet Via: imgarcade.com
Penelitian tersebut membuat umat insan percaya bahwa fenomena bunyi terompet berdasarkan langit itu bisa jadi benar sebab alam raya ini memang berbentuk alat musik itu.
Dari sudut pandang alquran
Peristiwa mengerikan yang akan terjadi pertama kali pada hari kiamat merupakan ditiupnya sangkakala (ash-shur) sang malaikat Israfil atas perintah Allah.
Makna ash-shur secara etimologi (bahasa) adalah al-qarn (tanduk). Sedangkan berdasarkan kata syariat, yg dimaksud merupakan sangkakala yg sangat besar yang malaikat Israfil sudah memasukkannya ke dalam mulutnya (siap buat meniupnya), dan dia sedang menunggu kapan beliau diperintahkan buat meniupnya. (Syarh Lum’atul Itiqad karya Ibnu Utsaimin, hal. 114)
Makna ini disebutkan dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr, beliau mengungkapkan:
Seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, apa itu ash-shur?” Rasulullah menjawab: “Tanduk yg akan ditiup.” (HR. Ahmad, Tirmidzi serta Abu Dawud. Hadits ini disebutkan pada Al Jami Ash Shahih 6/113-114, karya Asy Syaikh Muqbil)
Ilmuwan NASA ‘Menemukan’ Terompet Sangkakala Malaikat Israfil
Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yg adalah bagian berdasarkan acara atau misi NASA buat melihat Kosmologi (studi mengenai sifat alam semesta) secara holistik. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta buat menemukan bentuk sebenarnya menurut alam semesta. Sebab prediksi yg umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bundar -bundar atau prediksi lain menjelaskan bentuknya datar.
Dengan memakai WMAP, mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan, karena hasil penelitian tersebut menemukan bahwa alam semesta ini berbentuk seperti terompet.
Pada bagian ujung belakang wilayah ‘terompet’ alam semesta itu adalah alam semesta yang tidak sanggup diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi serta semua sistem rapikan surya berada adalah alam semesta yg masih mungkin buat diamati (observable).
“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yg pada langit dan di bumi kecuali siapa yg dikehendaki Allah. Lalu ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing.” (Az Zumar: 68)
“Kami abaikan mereka pada hari itu bercampur campurkan dan kocok antara satu dengan yg lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al Kahfi: 99)
“Dan (ingatlah) hari (waktu) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang pada langit serta segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka tiba menghadap-Nya menggunakan merendahkan diri. (An Naml: 87)
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-datang mereka keluar menggunakan segera menurut kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Yasin: 51)
Banyak ulama tafsir mengatakan bahwa tiupan terompet sangkakala pada ayat-ayat tersebut selalu diartikan sebagai insiden pada hari kiamat. Dr Wahbah az-Zuhaily pada Tafsir Al Wasith menguraikan bahwa tiupan terompet pada hari kiamat itu 3 kali. Pertama, tiupan yg menggentarkan, kemudian kedua yang mematikan seketika seluruh makhluk. Tiupan ketiga pertanda mulainya hari kiamat, di mana seluruh dibangkitkan dan dikumpulkan.
Kalau kita cermati, Al Quran menjelaskan bahwa tiupan itu selalu “pada dalam” terompet, “Wanufikha fi-shshuuri”. Mengapa terompet? Mengapa di pada (Fi)?
Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang sanggup mendeskripsikan bentuk alam semesta 380.000 tahun sesudah Big Bang. Proyek WMAP berdasarkan NASA membuat peta titik-titik tersebut secara mendetail, hasilnya merupakan pola itu cenderung memudar, yakni tidak terdapat titik panas serta dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa saat mekar, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal serta lalu makin lebar misalnya corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta misalnya bola (bulat) yang mekar ke segala arah.
Tim WMAP konfiden bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk terompet. Alam semesta bukan meluas tidak terbatas, namun dibatasi sang ujung terompet. Jadi, alam semesta ada awal dan akhirnya. Hanya Allah yg tidak berawal serta berakhir, “Huwal awwalu wal akhiru”.
“Sesungguhnya sudah datang kepada kalian cahaya berdasarkan Allah, serta Kitab yg menunjukkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, serta (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu berdasarkan keadaan gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yg lurus.” (Al Maidah: 15-16)
“Itulah Kitab yg tidak terdapat keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah: 2)
“Sesungguhnya Al Quran itu merupakan kitab yang mulia. Yang nir datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun berdasarkan belakangnya, yg diturunkan dari Rabb yg Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fusshilat: 41-42)
Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya
Mungkin latif jika alam semesta kita memang berbentuk mirip alat musik itu. Namun sayangnya, kata Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), keterangan itu galat kaprah.
"Bentuk trompet itu bukan bentuk alam semesta, melainkan gambaran contoh evolusi alam semesta," katanya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/5/2015).
Thomas menguraikan, pada sejarahnya, astronom pernah punya dua model yang menjelaskan evolusi alam semesta. Tahun 1990-an, model evolusi alam semesta yang poly digunakan berbentuk seperti bel.
"Dalam contoh bel itu dipahami bahwa awalnya alam semesta mengembang cepat sekali hingga menjadi sangat akbar. Kemudian, proses mengembangnya alam semesta melambat hingga ketika ini," urai Thomas.
Namun, pada perkembangannya, astronom tahu bahwa proses mengembangnya alam semesta pada termin awal tidak secepat yg dikira. "Lalu tahun 2018-an, berkembang model evolusi alam semesta yg mirip trompet ini," istilah Thomas.
Lantas, seperti apa bentuk alam semesta? Apakah bundar atau balok? Menurut Thomas, bentuknya sulit buat dideskripsikan. "Alam semesta itu berhingga, namun tidak berbatas," ucapnya.
"Kalau ada cahaya yang kuat sekali dan itu dipancarkan ke alam semesta, mampu jadi akhirnya sampai pada punggung kita sendiri. Atau kalau terdapat galaksi yang kita lihat jauh, mampu jadi itu merupakan galaksi kita. Berhingga, tetapi nir berbatas," ujarnya lagi.
Awalnya insan menerka bumi itu datar Via: fondosplus.com
Namun, pernyataan itu terbantah sang Galilea Galileo yang melakukan penelitian serta memberitahuakn output bahwa bumi itu bundar dan mengelilingi mentari . Eits tapi nggak hanya sampai di situ aja manusia kepo akan tempat mereka berpijak. Lebih lanjut lagi, keingintahuan soal bagaimana bentuk alam semesta.
Galilea Galileo membantah asumsi itu Via: phsy.org
Berkat teknologi yang semakin sophisticated, membuat keliru satu profesor dari Ulm University Jerman bernama Frank Steiner memecahkan pertanyaan itu dengan memakai WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Prob) indera canggih yang dipunya NASA (National Aeronautics and Space Administration). Alat itu merekam bagaimana keadaan alam semesta yang sebenarnya.
Ini yg namanya WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Prob) Via: bigthink.com
Dari apa yang terlihat berdasarkan WMAP, Frank Steiner menyimpulkan bahwa alam semesta berbentuk seperti terompet. Kok sanggup? Iya, jadi WMAP merekam pada mana bagian ujung (belakang) dari alam semesta merupakan bagian yg tidak mampu pada amati, serta bagian depan adalah bagian yg mampu terlihat oleh WMAP.
Bukti alam semesta seperti terompet Via: fatwarohman.blogspot.com
Bukti alam semesta misalnya terompet Via: imgarcade.com
Penelitian tersebut membuat umat insan percaya bahwa fenomena bunyi terompet berdasarkan langit itu bisa jadi benar sebab alam raya ini memang berbentuk alat musik itu.
Dari sudut pandang alquran
Peristiwa mengerikan yang akan terjadi pertama kali pada hari kiamat merupakan ditiupnya sangkakala (ash-shur) sang malaikat Israfil atas perintah Allah.
Makna ash-shur secara etimologi (bahasa) adalah al-qarn (tanduk). Sedangkan berdasarkan kata syariat, yg dimaksud merupakan sangkakala yg sangat besar yang malaikat Israfil sudah memasukkannya ke dalam mulutnya (siap buat meniupnya), dan dia sedang menunggu kapan beliau diperintahkan buat meniupnya. (Syarh Lum’atul Itiqad karya Ibnu Utsaimin, hal. 114)
Makna ini disebutkan dalam hadits shahih dari Abdullah bin ‘Amr, beliau mengungkapkan:
Seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, apa itu ash-shur?” Rasulullah menjawab: “Tanduk yg akan ditiup.” (HR. Ahmad, Tirmidzi serta Abu Dawud. Hadits ini disebutkan pada Al Jami Ash Shahih 6/113-114, karya Asy Syaikh Muqbil)
Ilmuwan NASA ‘Menemukan’ Terompet Sangkakala Malaikat Israfil
Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yg adalah bagian berdasarkan acara atau misi NASA buat melihat Kosmologi (studi mengenai sifat alam semesta) secara holistik. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta buat menemukan bentuk sebenarnya menurut alam semesta. Sebab prediksi yg umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bundar -bundar atau prediksi lain menjelaskan bentuknya datar.
Dengan memakai WMAP, mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan, karena hasil penelitian tersebut menemukan bahwa alam semesta ini berbentuk seperti terompet.
Pada bagian ujung belakang wilayah ‘terompet’ alam semesta itu adalah alam semesta yang tidak sanggup diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi serta semua sistem rapikan surya berada adalah alam semesta yg masih mungkin buat diamati (observable).
“Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yg pada langit dan di bumi kecuali siapa yg dikehendaki Allah. Lalu ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing.” (Az Zumar: 68)
“Kami abaikan mereka pada hari itu bercampur campurkan dan kocok antara satu dengan yg lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” (Al Kahfi: 99)
“Dan (ingatlah) hari (waktu) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang pada langit serta segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka tiba menghadap-Nya menggunakan merendahkan diri. (An Naml: 87)
“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-datang mereka keluar menggunakan segera menurut kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (Yasin: 51)
Banyak ulama tafsir mengatakan bahwa tiupan terompet sangkakala pada ayat-ayat tersebut selalu diartikan sebagai insiden pada hari kiamat. Dr Wahbah az-Zuhaily pada Tafsir Al Wasith menguraikan bahwa tiupan terompet pada hari kiamat itu 3 kali. Pertama, tiupan yg menggentarkan, kemudian kedua yang mematikan seketika seluruh makhluk. Tiupan ketiga pertanda mulainya hari kiamat, di mana seluruh dibangkitkan dan dikumpulkan.
Kalau kita cermati, Al Quran menjelaskan bahwa tiupan itu selalu “pada dalam” terompet, “Wanufikha fi-shshuuri”. Mengapa terompet? Mengapa di pada (Fi)?
Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang sanggup mendeskripsikan bentuk alam semesta 380.000 tahun sesudah Big Bang. Proyek WMAP berdasarkan NASA membuat peta titik-titik tersebut secara mendetail, hasilnya merupakan pola itu cenderung memudar, yakni tidak terdapat titik panas serta dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa saat mekar, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal serta lalu makin lebar misalnya corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta misalnya bola (bulat) yang mekar ke segala arah.
Tim WMAP konfiden bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk terompet. Alam semesta bukan meluas tidak terbatas, namun dibatasi sang ujung terompet. Jadi, alam semesta ada awal dan akhirnya. Hanya Allah yg tidak berawal serta berakhir, “Huwal awwalu wal akhiru”.
“Sesungguhnya sudah datang kepada kalian cahaya berdasarkan Allah, serta Kitab yg menunjukkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, serta (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu berdasarkan keadaan gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yg lurus.” (Al Maidah: 15-16)
“Itulah Kitab yg tidak terdapat keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Baqarah: 2)
“Sesungguhnya Al Quran itu merupakan kitab yang mulia. Yang nir datang kepadanya kebatilan baik dari depan maupun berdasarkan belakangnya, yg diturunkan dari Rabb yg Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Fusshilat: 41-42)
Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya