Penyebab Naura & Genk Juara Disebut Melecehkan Islam

Sebuah film anak berjudul 'Naura & Genk Juara' dianggap sudah melecehkan agama islam. Kenapa itu bisa terjadi? Apa alasan film tersebut melecehkan islam? Di media umum, seseorang netizen membicarakan adegan yang dievaluasi melecehkan tersebut.

Salah satunya terdapat pada adegan beberapa orang yg tengah beraksi hendak menculik tokoh anak-anak yang terlibat dalam cerita film yg disutradarai Eugene Panji tadi.

Film 'Naura & Genk Juara' dinilai netizen menempatkan simbol-simbol Islam secara galat terlebih disematkan pada tokoh antagonis dalam ceritanya.
Film ini dibintangi sang penyanyi cilik Naura dan beberapa bintang cilik lainnya. Personel B3 Nola beserta penyanyi Shelomita turut ambil bagian meramaikan film anak-anak ini.
Sampai sejauh ini Eugene Panji dan beberapa orang yg terlibat dalam film tadi masih belum mampu dimintai komentarnya tentang tudingan itu.
Di sisi lain, salah seseorang mak menganggap adegan penculikan itu nir menonjol. Mereka justru banyak menyoroti Naura yang sepanjang film menampakan semangat mengajak kebaikan.
"Ramai soal film Naura. Sebagai orangtua yg sudah menonton film Naura sebelum terdapat pesan berantai itu, aku kaget. Lantaran saya yang mendampingi anak saya dan teman-temannya menonton film itu pada Pondok Indah Mall, sama sekali tidak berpikir ke arah sana. Ingat ada adegan soal penculikan sambil menyebut takbir itu pun nggak. Yang justru diingat bagaimana serunya Naura dan sahabat-temannya menyelamatkan teman mereka yang diculik," kata ibu bernama Eny itu saat berbincang dengan detikHOT.

penjelasan forum sensor film indonesia


Rabu 22 November 2018 - 10:32
Film anak 'Naura & Genk Juara' diperbincangkan beberapa hari terakhir lantaran kontroversi tokoh penjahat Trio Licik, yg digambarkan kerap menggunakan kalimat-kalimat kudus Islam. Para penghasil film dievaluasi mendiskreditkan Islam lantaran para tokoh primer, yakni anak-anak, nir memiliki penggambaran serupa menjadi langsung yang dekat menggunakan agama.
Mengenai kontroversi ini, Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) Ahmad Yani Basuki pun buka bunyi. Berikut penjelasan lengkapnya yg disampaikan pada kumparan (kumparan.com) melalui pesan elektronika:
"Film ini film musikal (misalnya Petualangan Sherina). Berkisah mengenai rombongan anak sekolah yg berkegiatan di sebuah hutan konservasi. Di tengah aktivitas itu terdapat tiga orang penjahat yang melakukan pencurian hewan berdasarkan kandang konservasi yang ternyata didalangi si petugas penjaga perlindungan itu sendiri.
Tiga orang penjahatnya bercambang serta bertampilan agak kasar, sebagaimana layaknya tampilan penjahat dalam umumnya. Satu di antaranya menggunakan celana pendek bukan celana cingkrang. Oleh karena itu jauhlah berdasarkan gambaran saudara-saudara kita yg tak jarang dipandang menjadi radikal/ teroris, lantaran jenggot dan contoh celananya.
Sebagai film setting Indonesia yang secara umum dikuasai penduduknya muslim, mampu-mampu saja penjahatnya beragama Islam. Sama wajarnya bila dalam negara yg dominan penduduknya non muslim penjahat non muslim. (Seperti dalam film Home Alone contohnya)
Ketika si penjahat pada tengah malam di hutan lagi ketakutan lantaran menduga terdapat hantu, salah satunya berdoa. Lantaran dia muslim beliau bacanya doa Islam. Tapi yang dibaca salah 'comot', yaitu doa mau makan. Lantaran itu ditegur temannya, doanya keliru, doa makan. Ketahuan penjahatnya muslim- ya karena dia baca doa itu, yg cenderung latah-latah pula. Tapi nir ada penggambaran spesifik atau kesan penegasan bahwa muslim itu dursila.
Tidak bedanya jika ada film mengenai masalah korupsi kemudian koruptornya di dalam bui berdoa atau shalat, itu sama sekali tak berarti merepresentasikan Islam/umat Islam itu dursila. Bagi LSF, nir terlihat adanya bagian yang secara jelas mendiskreditkan Islam?
Jika dihubung-hubungkan dengan penista agama, cita rasanya terlalu jauh berspekulasi. Kita tahu kalo penjahatnya muslim pun ya hanya karena dia baca doa itu. Ketika akhirnya si penjahat terkepung, salah satunya memang membaca istighfar. Namun sekali lagi, bagi LSF, itu tdak dan merta mendeskripsikan pelecehan serta penistaan terhadap Islam.
Untuk memahami film "Naura dan Genk Juara", kiranya memang perlu menonton langsung filmya. Dan akan semakin baik jika pernah menonton film Petualangan Sherina, Home Alone serta atau Jenderal Kancil yang diperankan Ahmad Albar di masa kecilnya dahulu."
Naura & Genk Juara
Meskipun dibalut menggunakan kontroversi, antusiasme film 'Naura & Genk Juara' terbilang masih cukup tinggi. Menurut filmindonesia.or.id, sejak dirilis dalam 16 September kemudian, film ini sudah menyedot 85 ribu penonton.
Sutradara Eugene Panji mengatakan pada kumparan (kumparan.com) harapannya agar rakyat bersikap dewasa menyikapi cerita film. Dia juga berpesan supaya tidak menelan mentah-mentah liputan berkonotasi negatif yang berseliweran mengenai 'Naura & Genk Juara'.
"Bisa enggak sih kita sedikit dewasa menyikapi kalau ini film anak-anak loh, anak-anak yg poly kehilangan film soal anak dan musik soal anak. Sekalinya ada diginiin. Makanya saya broken heart banget," istilah Eugene.
"Tapi, well... Ini fenomena masyarakat Indonesia dalam umumnya. Jadi mau apa lagi? Yaudah jalani aja, apapun yg wajib dilakukan serta konsekuensi yang wajib aku hadapi ya hadapi saja... Tapi enggak akan setop berkarya. Next year saya masih akan bikin film anak, ketika poly orang memusatkan konsentrasi di film dewasa, aku ke film anak dulu," tutupnya.

Popular posts from this blog

Pembagian Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Terbaru

ADZAN IQOMAH DAN DOA SESUDAH ADZAN TERBARU

Mencari Keliling dan Luas Gabungan Dari Persegi Panjang dan Setengah Lingkaran Terbaru