Sejarah lagu Genjergenjer Lagu PKI
Siapa berani menyanyikan lagu ini pada zaman order baru? Maka tinggal tunggu nyawa melayang. Begitulah eratnya lagu genjer genjer dengan partai komunis indonesia. Lagu genjer genjer merupakan semacam lagu kebangsaan partai komunis indonesia pada masa itu.
Lirik lagu Genjer-genjer
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih
Genjer-genjer saiki wis digawa mulih
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar
Emake jebeng padha tuku nggawa welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelanca
Genjer-genjer dipangan musuhe sega
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Ibu si bocah tiba mencabuti genjer
Ibu si bocah tiba mencabuti genjer
Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat
Genjer-genjer kini sudah dibawa pulang
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu
Genjer-genjer kini akan dimasak
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Setengah matang ditiriskan buat lauk
Setengah matang ditiriskan buat lauk
Nasi sepiring sambal jeruk pada dipan
Genjer-genjer dimakan bersama nasi
__________________
Anda tahu lagu Genjer-genjer? Selama ini lagu Genjer-genjer lekat menggunakan PKI. Tapi siapa sangka, awal mula penciptaan lagu ini tidak ada sangkut paut menggunakan PKI. Lagu Genjer-genjer merupakan lagu masyarakat di Banyuwangi.
Ulah PKI yg mengaransemen lagu ini berimbas buruk dalam lagu warga Genjer-genjer. Lagu ini seperti haram dinyanyikan semenjak Orde Baru. Jika berani menyanyikannya, bisa dicap PKI dan bisa berujung penjara. PKI sendiri mengganti lagu ini buat seremoni HUT mereka pada Senayan. Lagu Genjer-genjer ini merupakan lagu rakyat yg biasa dinyanyikan petani.
"Genjer-genjer ini lagu warga Banyuwangi, terkenal semenjak 1962 selesainya diberi notasi musik sang M Arief serta dilagukan Bing Slamet. Sekitar 1965 diaransemen untuk paduan bunyi oleh bagian kebudayaan CC PKI bersama lagu wilayah lainnya," jelas sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, Kamis (12/lima/2016).
Sebenarnya oleh PKI bukan hanya lagu Genjer-genjer saja yang diubah aransemennya buat paduan bunyi mereka, terdapat beberapa lagu lainnya. Tapi lagu Genjer-genjer yg malah lekat dengan PKI.
"Setelah Orba diharamkan lantaran lagu ini difitnah dinyanyikan Gerwani di Lubang Buaya saat membunuh para jenderal, tapi itu nir benar," tegas Asvi.
Asvi mengungkapkan, fitnah atas lagu itu ada dalam bait kedua. Ada yang mengganti seolah Genjer-genjer lekat menggunakan pembantaian para jenderal, padahal, bait aslinya tidak seperti itu.
"Baris kedua bait lagu 'nang kedhokan pating keleler, pada petak sawah berhamparan, diganti 'esuk-esuk pating keleler', pada pagi hari berhamparan, maksudnya jenazah para Jenderal'," jelas dia.
Asvi sendiri menilai lagu Genjer-genjer aslinya lagu warga biasa yang dibentuk dengan lirik Using, bahasa daerah Banyuwangi. Berisi tentang petani serta sayur genjer di sawah. Dengan bercanda, Asvi menyebut, jangan sampai karena cacat Orba malahan orang yg jualan sayur genjer jua bisa bermasalah.
"Di kantin LIPI terdapat yg jual tumis genjer-genjer, lezat , aku sering makan. Saya khawatir bunda-bunda kantin takut jualan, takut digerebek," canda Asvi.
Lagu Genjer-genjer kerap menjadi kontroversi. Selama ini tak terbantahkan stigma PKI begitu lekat dengan lagu Genjer-genjer. Lagu ini memang pernah begitu dekat menggunakan PKI, bahkan dinyanyikan pada HUT PKI menggunakan paduan suara.
Tambah lagi seniman penciptanya M Arif dari Banyuwangi juga ikut bergabung dalam Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat bentukan PKI. Jadilah lagu Genjer-genjer dicap lagu PKI.
Dan dalam Senin (9/lima/2016), seorang seniman reggae pada Mojokerto diciduk lantaran menyanyikan lagu Genjer-genjer. Si artis menyanyikan lagu itu dengan alasan karena nada lagu Genjer-genjer pas menggunakan musik reggae. Mereka mengaku tak tahu bila lagu itu tak diperbolehkan dinyanyikan.
Melihat sejarah lagu Genjer-genjer, dari sejarawan UI Muhammad Wasith Albar, lagu Genjer-genjer ini dibuat dalam 1943. Penciptanya M Arif terinspirasi menciptakan lagu ini dalam zaman Jepang. Genjer dahulu menjadi makanan ternak, tapi karena masa yg sulit akhirnya sebagai kuliner buat sayuran warga .
"Itu kan buat menyindir bangsa Jepang, jadi orang lantaran kelaparan nggak sanggup makan apa-apa jadi makannya itu buat menjadi lauk. Ini yang tersedia di sawah kan genjer. Lagu ini kan terkenal pada masa itu kemudian Muhammad Arif itu direkrut jadi anggota Lekra, awalnya itu. Awalnya buat menyindir ekonomi warga dalam masa Jepang," kentara Wasith saat berbincang, Kamis (12/lima/2016).
Menurut Wasith, di masa 60-an itu, seluruh partai memiliki mesin kesenian, dan untuk PKI bernama Lekra.
"Namanya kesenian, apa pun bentuknya itu kan indera propaganda indera politik buat mobilisasi massa yg paling murah. Nah sama, kebetulan lagunya terkenal makanya Muhammad Arif diminta gabung ke Lekra. Persoalannya poly orang mengungkapkan bahwa Lekra bukan underbow PKI, itu bagi sebagian berdasarkan mereka," terperinci dia.
Kemudian berdasarkan Wasith, terkait lagu Genjer-genjer ini muncul tudingan, lagu ini dinyanyikan Gerwani waktu pada Lubang Buaya. Ketika itu sejumlah jenderal dibunuh pada peristiwa yg dikenal dengan G 30 S/PKI.
Kebenaran soal menyanyikan lagu itu sendiri belum bisa dipastikan. Tapi kemudian beredar lirik lagu pada mana genjer-genjer dipelesetkan menurut 'genjer-genjer pating kelewer' sebagai "jenderal-jenderal pating kelewer'. Tapi pada syair aslinya, menjadi lagu rakyat Banyuwangi tidak terdapat sama sekali lirik lagu yang menunjuk ke PKI atau insiden politik tertentu.
"Lirik lagu secara ikonik metafora menandakan ke PKI nir ada, nggak terdapat," tegas Wasith.
Pada lebih kurang tahun 1942, berkembang lagu Kesenian Angklung yang populer berjudul “Genjer-Genjer”. Syair lagi ini diciptakan oelh M. Arif, seorang seniman pemukul indera instrumen Angklung. Berdasarkan informasi sahabat sejawat almarhum Arif, lagu Genjer-Genjer itu diangkat berdasarkan lagu dolanan yg berjudul “Tong Alak Gentak”.
Lagu rakyat yang hayati pada Banyuwangi itu, lalu diberi syiar baru misalnya dalam lagu genjer-genjer. Syair lagu Genjer-Genjer dimaksudkan menjadi sindiran atas masa pendudukan Jepang ke Indonesia. Pada waktu itu, syarat masyarakat semakin sesangsara dibanding sebelumnya. Bahkan ‘genjer’ (Limnocharis flava) tumbuhan gulma yang tumbuh pada rawa-rawa sebelumnya dikosumsi itik, namun sebagai santapan yg lezat dampak nir mampu membeli daging.
Menurut Suripan Sadi Hutomo (1990: 10), upaya yg dilakukan M Arif sinkron dengan fungsi Sastra Lisan, yaitu menjadi kritik sosial, menyidir penguasa serta alat usaha.
Kepopuleran lagu
Setelah kemerdekaan Indonesia, lagu "Genjer-genjer" sebagai sangat populer setelah banyak dibawakan penyanyi-penyanyi dan disiarkan pada radio Indonesia. Penyanyi yg paling dikenal dalam membawakan lagu ini adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet. Sangking terkenalnya bahkan lalu timbul pengakuan menurut Jawa Tengah, bahwa lagu Genjer-Genjer ciptaan Ki Narto Sabdo seseorang dalang kondang. Dalam sebuah tulisannya Hersri Setiawan, menaruh penerangan tentang berasal-muasal hingga lagu Genjer-Genjer sebagai terkenal.
Keterkaitan dengan politik
Penggunaan dalam propaganda PKI
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia (PKI) melancarkan kampanye akbar-besaran buat menaikkan popularitas. Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan masyarakat desa, menjadi galat satu lagu propaganda yg disukai serta dinyanyikan dalam banyak sekali kesempatan. Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai "lagu PKI".
Pelarangan sang pemerintahan Orde Baru
Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 menciptakan rezim Orde Baru yg anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini. Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini waktu para jendral yg diculik diinterogasi dan disiksa. Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer.
Dalam serangkaian insiden tragedi pembantaian komunis sang Tentara Nasional Indonesia serta pendukung Orde Baru tahun 1965 - 1966 pada Indonesia, Muhammad Arief, pencipta lagu "Genjer-genjer" tewas dibunuh dampak dipercaya terlibat pada organisasi massa onderbouw PKI.
Pasca Orde Baru
Setelah berakhirnya rezim Orde Baru dalam tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar secara bebas melalui media internet.
Walaupun sudah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun radio di Solo dampak mengudarakan lagu tersebut. Pasca kejatuhan soeharto,Genjer-genjer pulang populer bahkan class band reage asal jogjakarta telah mempopulerkan lagu tadi pulang.
Lagu Genjer-Genjer jua digunakan menjadi opening song dan ending song dalam serial dokumenter "40 years of silence" yang memuat sejumlah kesaksian mengenai tahun 1965-1966
Lirik lagu Genjer-genjer
Versi asli sinkron ejaan Bahasa Osing Banyuwangi
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih
Genjer-genjer saiki wis digawa mulih
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar
Emake jebeng padha tuku nggawa welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelanca
Genjer-genjer dipangan musuhe sega
Terjemahan lagu Genjer-genjer Bahasa Indonesia
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Ibu si bocah tiba mencabuti genjer
Ibu si bocah tiba mencabuti genjer
Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat
Genjer-genjer kini sudah dibawa pulang
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu
Genjer-genjer kini akan dimasak
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Setengah matang ditiriskan buat lauk
Setengah matang ditiriskan buat lauk
Nasi sepiring sambal jeruk pada dipan
Genjer-genjer dimakan bersama nasi
__________________
Anda tahu lagu Genjer-genjer? Selama ini lagu Genjer-genjer lekat menggunakan PKI. Tapi siapa sangka, awal mula penciptaan lagu ini tidak ada sangkut paut menggunakan PKI. Lagu Genjer-genjer merupakan lagu masyarakat di Banyuwangi.
Ulah PKI yg mengaransemen lagu ini berimbas buruk dalam lagu warga Genjer-genjer. Lagu ini seperti haram dinyanyikan semenjak Orde Baru. Jika berani menyanyikannya, bisa dicap PKI dan bisa berujung penjara. PKI sendiri mengganti lagu ini buat seremoni HUT mereka pada Senayan. Lagu Genjer-genjer ini merupakan lagu rakyat yg biasa dinyanyikan petani.
"Genjer-genjer ini lagu warga Banyuwangi, terkenal semenjak 1962 selesainya diberi notasi musik sang M Arief serta dilagukan Bing Slamet. Sekitar 1965 diaransemen untuk paduan bunyi oleh bagian kebudayaan CC PKI bersama lagu wilayah lainnya," jelas sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, Kamis (12/lima/2016).
Sebenarnya oleh PKI bukan hanya lagu Genjer-genjer saja yang diubah aransemennya buat paduan bunyi mereka, terdapat beberapa lagu lainnya. Tapi lagu Genjer-genjer yg malah lekat dengan PKI.
"Setelah Orba diharamkan lantaran lagu ini difitnah dinyanyikan Gerwani di Lubang Buaya saat membunuh para jenderal, tapi itu nir benar," tegas Asvi.
Asvi mengungkapkan, fitnah atas lagu itu ada dalam bait kedua. Ada yang mengganti seolah Genjer-genjer lekat menggunakan pembantaian para jenderal, padahal, bait aslinya tidak seperti itu.
"Baris kedua bait lagu 'nang kedhokan pating keleler, pada petak sawah berhamparan, diganti 'esuk-esuk pating keleler', pada pagi hari berhamparan, maksudnya jenazah para Jenderal'," jelas dia.
Asvi sendiri menilai lagu Genjer-genjer aslinya lagu warga biasa yang dibentuk dengan lirik Using, bahasa daerah Banyuwangi. Berisi tentang petani serta sayur genjer di sawah. Dengan bercanda, Asvi menyebut, jangan sampai karena cacat Orba malahan orang yg jualan sayur genjer jua bisa bermasalah.
"Di kantin LIPI terdapat yg jual tumis genjer-genjer, lezat , aku sering makan. Saya khawatir bunda-bunda kantin takut jualan, takut digerebek," canda Asvi.
Sejarawan UI: Lagu Genjer-genjer Dibuat buat Menyindir Jepang
Lagu Genjer-genjer kerap menjadi kontroversi. Selama ini tak terbantahkan stigma PKI begitu lekat dengan lagu Genjer-genjer. Lagu ini memang pernah begitu dekat menggunakan PKI, bahkan dinyanyikan pada HUT PKI menggunakan paduan suara.
Tambah lagi seniman penciptanya M Arif dari Banyuwangi juga ikut bergabung dalam Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat bentukan PKI. Jadilah lagu Genjer-genjer dicap lagu PKI.
Dan dalam Senin (9/lima/2016), seorang seniman reggae pada Mojokerto diciduk lantaran menyanyikan lagu Genjer-genjer. Si artis menyanyikan lagu itu dengan alasan karena nada lagu Genjer-genjer pas menggunakan musik reggae. Mereka mengaku tak tahu bila lagu itu tak diperbolehkan dinyanyikan.
Melihat sejarah lagu Genjer-genjer, dari sejarawan UI Muhammad Wasith Albar, lagu Genjer-genjer ini dibuat dalam 1943. Penciptanya M Arif terinspirasi menciptakan lagu ini dalam zaman Jepang. Genjer dahulu menjadi makanan ternak, tapi karena masa yg sulit akhirnya sebagai kuliner buat sayuran warga .
"Itu kan buat menyindir bangsa Jepang, jadi orang lantaran kelaparan nggak sanggup makan apa-apa jadi makannya itu buat menjadi lauk. Ini yang tersedia di sawah kan genjer. Lagu ini kan terkenal pada masa itu kemudian Muhammad Arif itu direkrut jadi anggota Lekra, awalnya itu. Awalnya buat menyindir ekonomi warga dalam masa Jepang," kentara Wasith saat berbincang, Kamis (12/lima/2016).
Menurut Wasith, di masa 60-an itu, seluruh partai memiliki mesin kesenian, dan untuk PKI bernama Lekra.
"Namanya kesenian, apa pun bentuknya itu kan indera propaganda indera politik buat mobilisasi massa yg paling murah. Nah sama, kebetulan lagunya terkenal makanya Muhammad Arif diminta gabung ke Lekra. Persoalannya poly orang mengungkapkan bahwa Lekra bukan underbow PKI, itu bagi sebagian berdasarkan mereka," terperinci dia.
Kemudian berdasarkan Wasith, terkait lagu Genjer-genjer ini muncul tudingan, lagu ini dinyanyikan Gerwani waktu pada Lubang Buaya. Ketika itu sejumlah jenderal dibunuh pada peristiwa yg dikenal dengan G 30 S/PKI.
Kebenaran soal menyanyikan lagu itu sendiri belum bisa dipastikan. Tapi kemudian beredar lirik lagu pada mana genjer-genjer dipelesetkan menurut 'genjer-genjer pating kelewer' sebagai "jenderal-jenderal pating kelewer'. Tapi pada syair aslinya, menjadi lagu rakyat Banyuwangi tidak terdapat sama sekali lirik lagu yang menunjuk ke PKI atau insiden politik tertentu.
"Lirik lagu secara ikonik metafora menandakan ke PKI nir ada, nggak terdapat," tegas Wasith.