TeoriTeori Pergerakan Benua Continental Drift Kontraksi Laurasi Gondwana Tektonik Lempeng
Bumi merupakan planet yang dinamis. Sejak pertama kali terbentuk dari Big Bang bumi terus melakukan perkembangan khususnya di bagian atas bumi hingga waktu ini.
Bumi sudah melewati beberapa tahapan sebelum dapat dihuni oleh manusia modern. Menurut teori terkini, lapisan kulit bumi merupakan lapisan tipis yg mengapung di atas lapisan magma cair kental dalam perut bumi. Hingga saat ini ada beberapa teori mengenai konvoi benua. Beberapa teori mengenai konvoi muka bumi diantaranya:
Itulah beberapa teori pergerakan benua yg ada hingga saat ini. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Menghitung kontur interval peta topografi
Bumi sudah melewati beberapa tahapan sebelum dapat dihuni oleh manusia modern. Menurut teori terkini, lapisan kulit bumi merupakan lapisan tipis yg mengapung di atas lapisan magma cair kental dalam perut bumi. Hingga saat ini ada beberapa teori mengenai konvoi benua. Beberapa teori mengenai konvoi muka bumi diantaranya:
1. Continental drift (Apungan Benua)
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener pada 1912. Ia berpendapat bahwa dahulu kala benua yang terdapat waktu ini awalnya merupakan sebuah superkontinent yg bernama Pangaea. Benua raksasa tersebut kemudian pecah menjadi benua yg ada saat ini. Tetapi bukti tentang hipotesa Wegener tersebut masih belum ditemukan.
Teori ini dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener pada 1912. Ia berpendapat bahwa dahulu kala benua yang terdapat waktu ini awalnya merupakan sebuah superkontinent yg bernama Pangaea. Benua raksasa tersebut kemudian pecah menjadi benua yg ada saat ini. Tetapi bukti tentang hipotesa Wegener tersebut masih belum ditemukan.
2. Teori kontraksi
Teori ini dikemukakan sang Descartes. Ia beropini bahawa dahulu kala bumi adalah sebuah bola panas yg lambat laun permukaannya menyusut serta mengkerut dikarenakan proses pendinginan. Hasil menurut pengkerutan dan penyusutan tersebut berupa morfologi gunung, lembah serta lainnya.
Teori ini dikemukakan sang Descartes. Ia beropini bahawa dahulu kala bumi adalah sebuah bola panas yg lambat laun permukaannya menyusut serta mengkerut dikarenakan proses pendinginan. Hasil menurut pengkerutan dan penyusutan tersebut berupa morfologi gunung, lembah serta lainnya.
3. Teori Laurasia serta Gondwana
Teori ini dikemukakan sang Edward Suess, yg beropini bahwa dahulu kala di bumi hanya terdapat 2 benua akbar yaitu Laurasia di Utara serta Gondwana pada Selatan. Benua tadi kemudian pecah serta sisanya merupakan benua yang ada ketika ini.
Teori ini dikemukakan sang Edward Suess, yg beropini bahwa dahulu kala di bumi hanya terdapat 2 benua akbar yaitu Laurasia di Utara serta Gondwana pada Selatan. Benua tadi kemudian pecah serta sisanya merupakan benua yang ada ketika ini.
4. Plate tectonic (Tektonik lempeng)
Teori ini diperkenalkan Tozo Wilson. Teori ini adalah pengembangan dari teori continental drift yang beranggapan bahwa kerak bumi ini terdiri dari lempengan-lempengan tipis yang beranjak diatas lapisan magma cair. Lempengan tadi bergerak dikarenakan terdapatnya arus konveksi di perut bumi akibat magma panas tersebut. Pergerakan lempeng tersebut relatif lambat hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun.
Teori ini diperkenalkan Tozo Wilson. Teori ini adalah pengembangan dari teori continental drift yang beranggapan bahwa kerak bumi ini terdiri dari lempengan-lempengan tipis yang beranjak diatas lapisan magma cair. Lempengan tadi bergerak dikarenakan terdapatnya arus konveksi di perut bumi akibat magma panas tersebut. Pergerakan lempeng tersebut relatif lambat hanya beberapa milimeter atau centimeter per tahun.
Beberapa bukti bahwa dahulu benua yg ada ketika ini pernah bersatu antara lain:
- Kesamaan garis pantai timur Amerika Selatan serta Afrika bagian Barat.
- Kesamaan fosil hewan dan tumbuhan yg ditemukan pada beberapa loka.
- Adanya pemekaran lantai lautan Atlantik (sea floor spreading).
- Greenland semakin menjauh dari Eropa.
Itulah beberapa teori pergerakan benua yg ada hingga saat ini. Semoga bermanfaat.
Baca juga: Menghitung kontur interval peta topografi