Warisan Budaya Sunda Upacara Seren Taun
Kuningan adalah salah satu kabupaten yang terdapat pada wilayah timur Jawa Barat serta berada di kaki Gunung Ciremai. Keindahan alam kabupaten ini dipadukan dengan keunikan budaya masyarakatnya. Salah satu wisata budaya yang seringkali dinanti sang para wisatawan adalah Upacara Adat Seren Taun. Pada dasarnya Upacara Seren Tahun adalah upacara syukur panen padi yg dilaksanakan rakyat Sunda khususnya di daerah desa Adat Sunda. Di Kuningan sendiri, upacara ini dilakukan oleh komunitas warga di Desa Cigugur. Upacara Seren Taun pada Desa Cigugur Kuningan dilaksanakan dalam lepas 22 Bulan Rayagung dan dipusatkan pada Pendopo Paseban Tri Panca Tunggal loka kediaman Pangeran Djatikusumah yang dibangun dalam 1840. Bulan Rayagung adalah bulan terakhir pada penanggalan kalender Sunda antik.
Upacara Seren Taun sarat akan nilai-nilai sakral, budaya, kesenian serta pendidikan. Seren Taun merupakan galat satu warisan budaya masyarakat agraris Jawa Barat sebagai ungkapan rasa syukur dalam Tuhan YME atas output panen dalam setahun. Upacara Seren Taun merupakan program penyerahan output bumi berupa padi buat disimpan ke pada lumbung atau pada bahasa Sunda disebut leuit.
Padi yg ditumbuk dalam zenit acara yaitu sebanyak 22 kwintal dengan pembagian 20 kwintal buat ditumbuk serta dibagikan kembali kepada rakyat dan dua kwintal dipakai sebagai benih. Bilangan 20 melambangkan unsur anatomi tubuh insan. Empat penjuru melambangkan cinta afeksi Tuhan terhadap umatnya pada keempat penjuru bumi.
Menurut catatan sejarah rakyat lokal Cigugur, seremoni Seren Taun telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman kerajaan Sunda purba seperti Padjajaran. Upacara ini bermula dari pemuliaan masyarakat Sunda antik terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dalam agama Sunda kuno. Kepercayaan Sunda antik sangat ditentukan oleh paham animisme-dinamisme serta corak Hindu. Dalam upacara Seren Taun seringkali ditampilkan aneka macam macam kesenian tradsional yg sebagai tontonan atraksi tersendiri bagi masyarakat yaitu:
1. Damar Sewu merupakan sebuah gelaran budaya yang mendeskripsikan bagaimana insan menjalani proses kehidupan baik secara eksklusif maupun sosial.
2. Tari Buyung merupakan gelaran budaya yg menggambarkan citra manusia dalam kehidupan baik secara langsung maupun sosial.
3. Pesta Dadung yaitu upaya meruwat serta menajaga kesimbangan alam agar hama dan unsur negatif tidak mengganggu kehidupan manusia.
4. Ngamamerokeun yaitu upacara mengawinkan benih padi jantan dengan betina.
5. Tarawangsa yaitu seni yg asal berdasarkan Mataram, berupa tabuhan Kecapi dilengkapi tarian sederhana yg dianggap Badaya.
6. Seribu Kentongan mempunyai makna bahwa kentongan awi bambu mempunyai arti kita harus senantiasa jangan lupa serta eling dalam hukum adikodrati. Seribu kentongan adalah acara penutup rangkaian Seren Taun. Lebih dari 1000an orang yang terdiri dari dewasa, anak-anak ikut dan pada prosesi ini dan ditutup dengan 10 orang rampak kendang.
seperti Tari Buyung, Angklung Kanekes, Angklung Buncis, Arak-arakan Memeron atau replika binatang, Ngajayak serta jua permainan tradisional anak-anak tradisional Sunda.
Sumber dan Gambar:
Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun pada Pembentukkan Identitas Komunitas. Untung Prasetyo serta Sarwititi Sarwoprasodjo. disini disini
Komodifikasi Upacara Tradisional Seren Taun pada Pembentukkan Identitas Komunitas. Untung Prasetyo serta Sarwititi Sarwoprasodjo. disini disini