JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PNS/ASN TERBARU


Bapak/Ibu pengajar dan para PNS/ASN yg lain sekarang telah terbit Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara (PNS/ASN) yg mulai berlaku semenjak lepas 1 Juli 2018.
Peraturan ini harus Bapak/Ibu ketahui, bahkan sang famili Bapak/Ibu sendiri bukan sekedar buat memberi kenyamanan dan kepastian dalam bekerja tetapi kita atau keluarga kita mengetahui prosedur serta tata cara mengajukan klaim apabila terjadi hal-hal yg tidak diinginkan sinkron peraturan ini.
Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja serta Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara (PNS/ASN)

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden Republik Indonesia,
Menimbang :  1) bahwa  buat  melaksanakan  ketentuan  Pasal  92  ayat (4)  serta  Pasal  107  Undang-Undang  Nomor  lima  Tahun 2018 tentang Aparatur Sipil Negara, perlu tetapkan Peraturan  Pemerintah  tentang  Jaminan  Kecelakaan Kerja  dan  Jaminan  Kematian  bagi  Pegawai  Aparatur Sipil Negara; Mengingat  :  1.  Pasal  5  ayat  (2)  Undang-Undang  Dasar  Negara Republik Indonesia Tahun 1945;  dua)  Undang-Undang  Nomor  5  Tahun  2018  mengenai Aparatur  Sipil  Negara  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Tahun  2018  Nomor  6  Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
Memutuskan: Menetapkan    :  PERATURAN  PEMERINTAH  TENTANG  JAMINAN KECELAKAAN  KERJA  DAN  JAMINAN  KEMATIAN  BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA.
Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA
Dalam  Peraturan  Pemerintah  ini  yang  dimaksud menggunakan:
1.  Pegawai  Aparatur  Sipil  Negara  yg  selanjutnya dianggap  Pegawai  ASN  merupakan  pegawai  negeri  sipil serta  pegawai  pemerintah  dengan  perjanjian  kerja yg  diangkat  sang  pejabat  pembina  kepegawaian serta  diserahi  tugas  pada  suatu  jabatan pemerintahan  atau  diserahi  tugas  negara  lainnya serta  digaji  berdasarkan  peraturan  perundang-undangan. 
2.  Pegawai  Negeri  Sipil  yang  selanjutnya  disingkat PNS  merupakan  warga   negara  Indonesia  yg memenuhi  syarat  eksklusif,  diangkat  menjadi Pegawai  ASN  secara  tetap  oleh  pejabat  pembina kepegawaian  untuk  menduduki  jabatan pemerintahan.
3.  Pegawai  Pemerintah  menggunakan  Perjanjian  Kerja  yg selanjutnya  disingkat  PPPK  merupakan  rakyat  negara Indonesia  yg  memenuhi  kondisi  tertentu,  yang diangkat  berdasarkan  perjanjian  kerja  untuk jangka saat eksklusif pada rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
4.  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  yang  selanjutnya disingkat  JKK  merupakan  proteksi  atas  risiko kecelakaan kerja atau penyakit dampak kerja berupa perawatan, santunan, serta tunjangan cacat.
5.  Jaminan Kematian yg selanjutnya disingkat JKM merupakan  proteksi  atas  risiko  kematian  bukan dampak  kecelakaan  kerja  berupa  santunan kematian.
6.  Pemberi  Kerja  merupakan  penyelenggara  negara  yang mempekerjakan  Pegawai  ASN  dalam  Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah.
7.  Peserta  adalah  Pegawai  ASN  yang  mendapat  Gaji yang  dibiayai  menurut  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja  Negara  atau  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja Daerah kecuali Pegawai ASN pada lingkungan Kementerian  Pertahanan  serta  Pegawai  ASN  pada lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8.  Iuran  merupakan  sejumlah  uang  yang  dibayar  secara teratur oleh Pemberi Kerja.
9.  Anak  merupakan  anak  kandung  atau  anak  yg disahkan  menjadi  anak  Peserta  berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Gaji  merupakan  hak  yg  dibayarkan  pada  bentuk uang  kepada  Peserta  berdasarkan  ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Orang  Tua  adalah  ayah  kandung  dan/atau  ibu kandung dari Peserta.
12. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang diderita sebagai dampak langsung dari aplikasi tugas.
13. Cacat  merupakan  kelainan  fisik  serta/atau  mental sebagai  dampak  kecelakaan  kerja  yang  dapat mengganggu  atau  sebagai  rintangan  bagi  Peserta dalam melakukan pekerjaan.
14. Pengelola  Program  merupakan  badan  hukum  yang mengelola Program JKK serta JKM bagi Peserta.
Pasal 2
(1)  Program  proteksi  yang  diselenggarakan  oleh Pengelola Program terdiri atas:
a.  JKK; dan
b.  JKM.
(2)  Program  proteksi  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.  kepesertaan;
b.  manfaat; dan
c.  Iuran.
Pasal 3
 (1)  Pemberi  Kerja  wajib   menaruh  perlindungan berupa JKK serta JKM kepada Peserta.
(dua)  Kewajiban  Pemberi  Kerja  sebagaimana  dimaksud dalam ayat  (1)  meliputi  pendaftaran Peserta  serta pembayaran Iuran.
BAB II PESERTA DAN KEPESERTAAN
Pasal 4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA
Peserta JKK serta JKM terdiri atas:
a.  Calon PNS;
b.  PNS; dan
c.  PPPK.
Pasal 5
Kepesertaan  buat  Peserta  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 4 dimulai sejak lepas pengangkatan dan Gajinya dibayarkan. 
Pasal 6
Kepesertaan  pada  JKK  serta  JKM  berakhir  apabila Peserta:
a.  diberhentikan menjadi PNS; atau
b.  diputus hubungan perjanjian kerja menjadi PPPK.
Pasal 7
Peserta  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  4 merupakan Peserta JKK dan JKM yang dikelola oleh PT Dana Tabungan serta Asuransi Pegawai Negeri (Persero).
BAB III JAMINAN KECELAKAAN KERJA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi: 
a.  pada menjalankan tugas kewajiban;
b.  dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,  sehingga  kecelakaan  itu  disamakan  menggunakan kecelakaan  yang  terjadi  pada  menjalankan  tugas kewajibannya;
c.  lantaran  perbuatan  anasir  yg  tidak  bertanggung jawab  ataupun  menjadi  dampak  tindakan  terhadap anasir itu pada melaksanakan tugas;
d.  dalam perjalanan menurut rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya; dan/atau
e.  yang mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja.
Bagian Kedua
Manfaat JKK
Pasal 9
Manfaat JKK mencakup:
a.  perawatan;
b.  santunan; dan
c.  tunjangan stigma.
   
Paragraf 1
Perawatan
Pasal 10
 (1)  Perawatan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  9 alfabet   a,  diberikan  sesuai  kebutuhan  medis  yang mencakup:
a.  inspeksi dasar dan penunjang;
b.  perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
c.  rawat inap kelas I tempat tinggal sakit pemerintah dan tempat tinggal sakit partikelir yang setara;
d.  perawatan intensif;
e.  penunjang diagnostik;
f.  pengobatan;
g.  pelayanan khusus; 
h.  alat kesehatan dan implant;
i.  jasa dokter/medis;
j.  operasi;
k.  transfusi darah; serta/atau
l.  rehabilitasi medik.
(2)  Perawatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) diberikan sampai menggunakan Peserta sembuh.
Pasal 11
(1)  Perawatan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal 10 dilakukan  dalam  rumah  sakit  Pemerintah,  tempat tinggal sakit swasta, atau fasilitas perawatan terdekat.
(2)  Dalam hal perawatan sebagaimana dimaksud dalam ayat  (1)  nir  dapat  dipenuhi,  Peserta  dapat diberikan  perawatan  dalam  tempat tinggal   sakit  lain  dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
(tiga)  Dalam hal perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat  (dua)  nir  bisa  dipenuhi  sang  rumah  sakit  di dalam  negeri,  Peserta  dapat  diberikan  perawatan dalam rumah sakit luar negeri.
(4)  Perawatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (dua) dan  ayat  (tiga)  dilakukan  berdasarkan  kebutuhan medis yang ditetapkan oleh dokter.
Pasal 12
(1)  Peserta yg didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja menurut  surat  kabar  dokter  berhak atas  manfaat  JKK  meskipun  sudah  diberhentikan dengan  hormat  sebagai  PNS  menggunakan  hak  pensiun atau  diputus  interaksi perjanjian kerja  dengan hormat menjadi PPPK.
(dua)  Hak  atas  manfaat  JKK  sebagaimana  dimaksud dalam  ayat  (1)  diberikan  jika Penyakit  Akibat Kerja timbul  pada  jangka  saat  paling  usang  5  (5  tahun)  terhitung  semenjak  lepas diberhentikan  menggunakan  hormat  sebagai  PNS  menggunakan hak  pensiun  atau  diputus  interaksi perjanjian kerja dengan hormat menjadi PPPK.
Paragraf 2
Santunan
Pasal 13
Santunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 alfabet b, mencakup:
a.  penggantian  porto  pengangkutan  Peserta  yang mengalami  kecelakaan  kerja  ke  rumah  sakit dan/atau  ke  tempat tinggal   Peserta,  termasuk  porto pertolongan pertama pada kecelakaan;
b.  santunan ad interim akibat kecelakaan kerja;
c.  santunan  stigma  sebagian  anatomis,  cacat  sebagian fungsi, serta stigma total permanen;
d.  penggantian  biaya   rehabilitasi  berupa  indera  bantu (orthese) serta/atau alat ganti (prothese) bagi Peserta yang anggota badannya hilang atau nir berfungsi akibat kecelakaan kerja; 
e.  penggantian porto gigi tiruan;
f.  santunan kematian kerja;
g.  uang sedih meninggal;
h.  biaya pemakaman; dan/atau
i.  bantuan beasiswa.
Pasal 14
Besaran  manfaat  santunan  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  13  huruf  a  hingga  dengan  huruf  e diberikan  sebagaimana  tercantum  pada  lampiran yang  adalah  bagian  nir  terpisahkan  menurut Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 15
Santunan  kematian  kerja  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  13  alfabet   f  diberikan  pada  ahli  waris dari  Peserta  yang  tewas  sebesar  60%  (enam  puluh persen)  dikali  80  (delapan  puluh) Gaji  terakhir  yang dibayarkan 1 (satu) kali.
Pasal 16
(1)  Uang  sedih  meninggal  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  13 huruf  g  diberikan  pada  pakar  waris Peserta yang tewas.
(dua)  Uang sedih tewas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  diberikan  sebanyak  6  (enam)  kali  Gaji  terakhir yang dibayarkan 1 (satu) kali.
Pasal 17
 (1)  Biaya  pemakaman  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  13  alfabet   h  diberikan  pada  pakar  waris Peserta yang meninggal.
(2)  Biaya  pemakaman  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1)  diberikan  sebagai  penggantian  atas  biaya yang mencakup:
a.  peti jenazah serta perlengkapannya; dan
b.  tanah  pemakaman  dan  porto  pada  loka pemakaman;
(3)  Besaran porto pemakaman sebagaimana dimaksud dalam  ayat  (2)  diberikan  sang Pengelola  Program sebanyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan dibayarkan 1 (satu) kali.
Pasal 18
 (1)  Tewas  sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal  15, Pasal 16, dan Pasal 17 mencakup:
a.  mangkat   global  dalam  menjalankan  tugas kewajibannya; 
b.  meninggal  global  dalam  keadaan  yg  terdapat hubungannya  menggunakan  dinas,  sebagai akibatnya kematiannya  itu  disamakan  dengan  meninggaldunia  dalam  menjalankan  tugas  kewajibannya; atau
c.  mati dunia lantaran perbuatan anasir yg tidak  bertanggung  jawab  atau  menjadi  dampak tindakan  terhadap  anasir  itu  pada menjalankan tugas kewajibannya.
(2)  Penetapan mangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)  dilakukan sang  pejabat  pembina  kepegawaian sesuai menggunakan kriteria yg ditentukan. 
(tiga)  Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penetapan meninggal sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) diatur menggunakan  Peraturan  Kepala  Badan  Kepegawaian Negara.
Pasal 19
(1)  Pemberian  santunan  kematian  kerja  dan  uang duka  mangkat   kepada  pakar  waris  sebagaimana dimaksud  pada  Pasal  15 dan  Pasal  16 diberikan dengan ketentuan:
a.  Peserta yang tewas serta meninggalkan istri yg sah  atau suami  yg  sah,  pakar  waris  yang menerima  adalah  istri yang  sah  atau  suami yang sah dari Peserta;
b.  Peserta yang mati serta nir meninggalkan istri yg absah atau suami yg sah, ahli waris yg menerima merupakan Anak; atau
c.  Peserta yg mangkat dan nir meninggalkan istri yg absah, suami yg absah atau Anak, pakar waris yang mendapat merupakan Orang Tua.
(2)  Pemberian  biaya   pemakaman  kepada  pakar  waris sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal  17 diberikan dengan ketentuan:
a.  Peserta yang meninggal serta meninggalkan istri yg sah  atau suami  yg  absah,  ahli  waris  yg mendapat  merupakan  istri yang  absah atau  suami yang absah berdasarkan Peserta;
b.  Peserta yang mangkat serta tidak meninggalkan istri yg absah atau suami yang absah, ahli waris yg mendapat merupakan Anak; 
c.  Peserta yg mati dan tidak meninggalkan istri yg  absah,  suami  yang  sah,  atau  Anak,  pakar waris yg menerima adalah Orang Tua; atau
d.  Peserta  yg  meninggal  nir  meninggalkan  istri yg  absah, suami  yang  sah,  Anak,  atau  Orang Tua,  pakar  waris  yang  menerima  adalah  pakar waris  lain  yg  sinkron  dengan  ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20  
(1)  Bantuan  beasiswa  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  13  alfabet   i  diberikan  kepada  Anak  menurut Peserta yang tewas menggunakan ketentuan:
a.  bagi  Anak  berdasarkan  Peserta  yg  masih  duduk  pada sekolah  taraf  dasar  diberikan  donasi beasiswa  sebesar  Rp45.000.000,00  (empat puluh lima juta rupiah);
b.  bagi  Anak  menurut  Peserta  yang  masih  duduk  pada sekolah  lanjutan  taraf  pertama  diberikan donasi  beasiswa  sebesar  Rp35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah);
c.  bagi  Anak  dari  Peserta  yg  masih  duduk  di sekolah  lanjutan  tingkat  atas  diberikan donasi  beasiswa  sebanyak  Rp25.000.000,00 (dua puluh 5 juta rupiah); atau
d.  bagi  Anak  berdasarkan  Peserta  yang  masih  duduk  di pendidikan  taraf  diploma,  sarjana,  atau setingkat  diberikan  donasi  beasiswa  sebanyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
(2)  Bantuan  beasiswa  sebagaimana  dimaksud  dalam ayat  (1)  diberikan  kepada  1  (satu)  orang  Anak  berdasarkan Peserta dengan ketentuan:
a.  masih sekolah/kuliah;
b.  berusia paling tinggi 25 (2 puluh lima) tahun;
c.  belum pernah menikah; dan
d.  belum bekerja.
Paragraf 3
Tunjangan Cacat
Pasal 21 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA
(1)  Tunjangan  cacat sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  9  alfabet   c diberikan  pada  Peserta  menggunakan ketentuan:
a.  mengalami Cacat; dan
b.  diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau diputus  hubungan  perjanjian  kerja  sebagai PPPK  lantaran Cacat.
(2)  Besaran tunjangan  stigma  sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1)  diberikan  dari persentase eksklusif  menurut  Gaji  atas  berkurangnya  atau hilangnya fungsi organ tubuh. 
(tiga)  Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  diberikan  sejak  keputusan  pemberhentian dengan  hormat  sebagai  PNS  atau  pemutusan interaksi perjanjian  kerja  menjadi  PPPK  lantaran Cacat hingga menggunakan Peserta tewas dunia.
(4)  Rincian  besaran  persentase  tunjangan  stigma sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (dua) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang adalah bagian yang  nir  terpisahkan  dari Peraturan  Pemerintah ini.
Bagian Ketiga
Iuran JKK
Pasal 22
(1)  Iuran JKK ditanggung oleh Pemberi Kerja.
(dua)  Besarnya  Iuran  JKK  sebagaimana  dimaksud  dalam ayat (1) merupakan sebanyak 0,24% (nol koma dua puluh empat persen) dari Gaji Peserta setiap bulan. 
(tiga)  Iuran  JKK bagi Peserta  yg  Gajinya  dibayar melalui  Anggaran Pendapatan  serta Belanja Negara dibebankan  dalam  Anggaran  Pendapatan  serta Belanja Negara. 
(4)  Iuran  JKK bagi Peserta  yg  Gajinya  dibayar melalui  Anggaran Pendapatan  dan Belanja  Daerah dibebankan  dalam  Anggaran  Pendapatan  serta Belanja Daerah.
BAB IV
JAMINAN KEMATIAN
Bagian Kesatu
Manfaat JKM
Pasal 23
(1)  Manfaat JKM diberikan bagi Peserta yg wafat.
(2)  Manfaat JKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa santunan kematian yang terdiri atas:
a.  santunan sekaligus;
b.  uang duka wafat;
c.  porto pemakaman; dan
d.  bantuan beasiswa.
(3)  Santunan  kematian  diberikan  pada  pakar  waris menurut Peserta yang wafat.
Pasal 24
Santunan  sekaligus  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal 23 ayat  (dua)  huruf  a  diberikan pada  ahli  waris Peserta  yang  wafat  sebanyak  Rp15.000.000,00  (5 belas juta rupiah) yang dibayarkan 1 (satu) kali.
Pasal 25
Uang  sedih  wafat  sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal 23 ayat (dua) huruf b diberikan kepada pakar waris Peserta yang  wafat  sebanyak  3  (3)  kali  Gaji terakhir  yg dibayarkan 1 (satu) kali.
Pasal 26
 (1)  Biaya  pemakaman  sebagaimana  dimaksud  pada Pasal 23  ayat  (2)  alfabet   c  diberikan  kepada  ahli waris Peserta yang wafat sebagai penggantian porto yg mencakup:
a.  peti jenazah serta perlengkapannya; dan
b.  tanah  pemakaman  serta  porto  di  loka pemakaman.
(dua)  Besaran porto pemakaman sebagaimana dimaksud dalam  ayat  (1)  diberikan  oleh  Pengelola  Program sebanyak Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah). 
Pasal 27
Wafat  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal 23 sampai dengan  Pasal 26 adalah  mangkat   global  yg  bukan diakibatkan  sang  hal  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal 18 ayat (1).
Pasal 28
 (1)  Pemberian  santunan sekaligus  serta  uang  sedih wafat  kepada  ahli  waris  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal 24  serta  Pasal 25  diberikan  menggunakan ketentuan:
a.  Peserta yang wafat serta meninggalkan istri yg absah  atau suami  yang  absah,  ahli  waris  yg menerima  adalah  istri  yg  absah  atau suami yang absah dari Peserta;
b.  Peserta yang wafat dan nir meninggalkan istri yg absah atau suami yang sah, pakar waris yang menerima adalah Anak; atau
c.  Peserta yg wafat serta tidak meninggalkan istri yg  sah,  suami  yg  absah,  atau  Anak,  pakar waris yg mendapat merupakan Orang Tua.
(2)  Pemberian  biaya   pemakaman  kepada  ahli  waris sebagaimana  dimaksud  pada  Pasal 26 diberikan dengan ketentuan:
a.  Peserta yg wafat dan meninggalkan istri yang sah  atau suami  yang  absah,  ahli  waris  yang mendapat  adalah  istri yang  sah atau  suami yang sah menurut Peserta;
b.  Peserta yang wafat dan nir meninggalkan istri yg sah atau suami yg absah, ahli waris yg menerima adalah Anak; 
c.  Peserta yg wafat serta nir meninggalkan istri yg  sah,  suami  yang  sah,  atau  Anak,  ahli waris yang menerima merupakan Orang Tua; atau d.  Peserta  yang wafat  nir  meninggalkan  istri yg  absah, suami  yg  sah,  Anak,  atau  Orang Tua,  ahli  waris  yg  mendapat  adalah  ahli waris  lain  yg  sinkron  menggunakan  ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
(1)  Bantuan  beasiswa  sebagaimana  dimaksud  pada Pasal 23 ayat (dua) huruf d diberikan secara sekaligus sebanyak  Rp15.000.000,00  (lima  belas  juta  rupiah) yang dibayarkan 1 (satu) kali.
(2)  Bantuan  beasiswa  sebagaimana  dimaksud  dalam ayat  (1)  diberikan  pada  1  (satu)  orang  Anak  menurut Peserta yg wafat dengan ketentuan:
a.  masih sekolah atau kuliah;
b.  berusia paling tinggi 25 (2 puluh lima) tahun;
c.  belum pernah menikah; dan
d.  belum bekerja.
(tiga)  Bantuan  beasiswa  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1)  diberikan sesudah  kepesertaan  mencapai paling sedikit tiga (3) tahun.
Bagian Kedua
Iuran JKM
Pasal 30
(1)  Iuran JKM ditanggung sang Pemberi Kerja.
(2)  Besarnya  Iuran  JKM  sebagaimana  dimaksud  dalam ayat (1) adalah sebesar 0,30% (nol koma 3 puluh persen) menurut Gaji Peserta per bulan. 
(tiga)  Iuran  JKM  bagi  Peserta  yang  Gajinya  dibayar melalui  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara dibebankan  pada  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja Negara.
(4)  Iuran  JKM  bagi Peserta  yang  Gajinya  dibayar melalui  Anggaran Pendapatan  dan Belanja  Daerah dibebankan  dalam  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja Daerah.
BAB V
PENYEDIAAN ANGGARAN, PEMBAYARAN IURAN, PENGAJUAN KLAIM, DAN PELAPORAN PROGRAM
Bagian Kesatu
Penyediaan Anggaran
Pasal 31
(1)  Pemberi  Kerja  harus  mengalokasikan  anggaran buat  pembayaran  Iuran  JKK  dan  JKM sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal 22 dan  Pasal 30  pada  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja Negara  atau  Anggaran Pendapatan  serta Belanja Daerah setiap tahun.
 (2)  Tata cara pengalokasian aturan dilakukan sinkron menggunakan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pembayaran Iuran
Pasal 32
(1)  Pemberi  Kerja melakukan  pembayaran  Iuran  JKK dan  JKM  pada  Pengelola  Program  paling  lambat lepas 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2)  Dalam  hal  lepas  10 (sepuluh)  jatuh  dalam  hari libur, pembayaran Iuran dilakukan dalam hari kerja berikutnya.
Pasal 33
(1)  Ketentuan  tentang  penyediaan,  pencairan,  serta pertanggungjawaban  Iuran  JKK  serta  JKM  yang asal  menurut  Anggaran Pendapatan  serta  Belanja Negara  diatur  dengan  peraturan  menteri  yg menyelenggarakan urusan  pemerintahan  di  bidang keuangan.
(dua)  Ketentuan  mengenai  penyediaan,  pencairan,  serta pertanggungjawaban  Iuran  JKK  dan  JKM  yg asal  berdasarkan  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja Daerah  diatur  dalam  peraturan  menteri  yg menyelenggarakan urusan  pemerintahan  di  bidang pada negeri.
Bagian Ketiga
Pengajuan Klaim
Pasal 34
(1)  Peserta  atau ahli  waris  mengajukan  permohonan pembayaran  klaim  manfaat JKK  atau  JKM  pada Pengelola Program. 
(dua)  Pengelola  Program  membayar  manfaat  JKK atau JKM paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung semenjak tanggal permohonan diterima  secara  lengkap  dan benar.
(tiga)  Tata  cara  pengajuan  permohonan  pembayaran klaim  manfaat  dan  pembayaran  manfaat sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  (1)  dan  ayat  (2) diatur  dalam Peraturan  Pengelola  Program  sehabis berkoordinasi dengan instansi terkait. 
Pasal 35
Pengajuan  pembayaran  klaim  manfaat  JKK  sang Peserta  atau pakar  waris  kepada  Pengelola  Program dilakukan paling lambat dua (dua) tahun terhitung semenjak tanggal kecelakaan kerja terjadi.  
Bagian Keempat
Pelaporan Program
Pasal 36
 (1)  Pengelola  Program  harus  membicarakan  laporan penyelenggaraan  JKK  serta  JKM  kepada  menteri yg  menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  pada bidang  keuangan,  menteri  yg  menyelenggarakan urusan  pemerintahan  di  bidang  eksploitasi aparatur  negara  dan  reformasi  birokrasi,  serta menteri  yang  menyelenggarakan  urusan pemerintahan  di  bidang  pada  negeri  secara bersiklus. 
 (2)  Ketentuan  lebih  lanjut  tentang  rapikan  cara pelaporan  serta  jenis  laporan  penyelenggaraan JKK dan  JKM  diatur dalam peraturan  menteri  yg menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  pada  bidang keuangan  dan menteri  yg  menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pada negeri. 
Pasal 37
 (1)  Besaran Iuran  dan  manfaat  JKK  serta  JKM  dapat dilakukan penyesuaian.
(2)  Penyesuaian  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) dilakukan  menurut  output  penilaian  secara terpola paling usang setiap 2 (2) tahun.
(3)  Evaluasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) dilakukan  sang menteri  yg  menyelenggarakan urusan pemerintahan pada bidang keuangan bersama menggunakan  menteri  yang  menyelenggarakan  urusan pemerintahan  di  bidang  pendayagunaan  aparatur negara  dan  reformasi  birokrasi  dan menteri  yg menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  pada  bidang pada negeri.
(4)  Evaluasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2) dilakukan  berdasarkan  laporan penyelenggaraan JKK serta JKM berdasarkan Pengelola Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.  
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 38
 (1)  Iuran  JKK  serta  JKM  dikelola  serta  bisa dikembangkan  oleh  Pengelola  Program  secara optimal  menggunakan  mempertimbangkan  aspek likuiditas,  solvabilitas,  kehati-hatian,  keamanan dana, serta output yg memadai.
(2)  Ketentuan  tentang  tata  cara  pengelolaan  serta pengembangan Iuran  JKK  serta  JKM  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1)  diatur  menggunakan  peraturan menteri  yang  menyelenggarakan  urusan pemerintahan pada bidang keuangan.
Pasal 39
 (1)  Dalam  hal  Pengelola  Program  nir  bisa memenuhi  kewajibannya  pada  Peserta, Pemerintah  Pusat  bisa  merogoh  kebijakan spesifik  buat  menjamin  kelangsungan  JKK  serta JKM. 
(2)  Kebijakan  spesifik  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1)  bisa  dilakukan  oleh  Pemerintah  Pusat pada hal terjadi krisis keuangan, kondisi eksklusif yg  memberatkan  perekonomian,  atau  masih ada kebijakan  fiskal  dan  moneter  yang  mensugesti solvabilitas Pengelola Program.
Pasal 40
(1)  Biaya pada rangka:
a.  angkutan  jenazah  Peserta  yang  tewas  atau wafat  berdasarkan  tempat  mati  dunia  ke  loka kediaman  serta/atau  tempat  pemakaman  serta biaya persiapan pemakaman; dan
b.  angkutan  dan penginapan  bagi  isteri  yang  absah atau  suami  yg  absah  serta  Anak  dari  Peserta yang meninggal atau wafat, dibebankan  pada  Anggaran  Pendapatan  serta Belanja Negara  atau  Anggaran Pendapatan  dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
(2)  Dalam  hal  Peserta  yg  mati  atau  wafat  nir mempunyai  istri  yg absah,  suami  yg  sah,  atau Anak,  porto  angkutan  dan  penginapan  famili sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  b ditanggung paling banyak untuk 4 (empat) orang.
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Gaji yang  digunakan  sebagai  dasar  perhitungan Iuran  serta manfaat  merupakan    honor   pokok  dari  Peraturan Pemerintah  Nomor  7  Tahun  1977  (Lembaran  Negara
Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor  3098) sebagaimana  sudah  beberapa  kali  diubah  terakhir dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor 30  Tahun  2018  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2018 Nomor  123),  hingga  dengan  diterbitkannya  peraturan pemerintah  mengenai  gaji  menurut  Undang-Undang  Nomor  lima  Tahun  2018  mengenai  Aparatur  Sipil Negara.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
(1)  Pembayaran  Iuran  JKK  serta  JKM  menurut Peraturan  Pemerintah  ini  dilakukan  terhitung mulai bulan Juli 2018.
(2)  Manfaat JKK  serta  JKM  berdasarkan  Peraturan Pemerintah  ini diberikan  terhitung mulai  tanggal   1 Juli 2018.
Pasal 43
 (1)  Pada waktu Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, seluruh  peraturan  perundang-undangan  yg merupakan  aplikasi  berdasarkan  Peraturan Pemerintah  Nomor  12  Tahun  1981  mengenai Perawatan,  Tunjangan  Cacad, dan  Uang  Duka Pegawai  Negeri  Sipil  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Tahun  1981  Nomor  16,  Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3194), dinyatakan  masih  permanen  berlaku  sepanjang  nir bertentangan  dan  belum  diganti  menurut Peraturan Pemerintah ini.
(2)  Pada ketika Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan  Pemerintah  Nomor  12  Tahun  1981 Tentang  Perawatan,  Tunjangan  Cacad, serta  Uang Duka  Pegawai  Negeri  Sipil  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1981  Nomor  16, Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor 3194) dicabut serta dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 44
Peraturan  Pemerintah  ini  mulai  berlaku  pada  tanggal   1 Juli 2018.
Agar  setiap  orang  mengetahuinya,  memerintahkan pengundangan  Peraturan  Pemerintah  ini  menggunakan penempatannya  pada  Lembaran  Negara  Republik Indonesia.
Ditetapkan pada Jakarta
pada tanggal 16 September 2018
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan pada Jakarta
pada lepas 17 September 2018
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
YASONNA HAMONANGAN LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 212
  
Berikut Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara
I.  UMUM
Pasal  92  ayat  (4)  dan  Pasal  107  Undang-Undang  Nomor 5  Tahun  2018  tentang  Aparatur  Sipil  Negara  mengamanatkan Pemerintah  buat  memberikan  perlindungan  berupa JKK  serta JKM bagi  Pegawai  Aparatur  Sipil  Negara.  Perlindungan  tadi  bertujuan memberikan proteksi bagi Peserta dalam menjalankan tugas dan fungsinya  menyelenggarakan  pemerintahan  generik  dan  pelayanan publik.
Peraturan  Pemerintah  ini  dimaksudkan  sebagai  landasan aturan yang  memadai  bagi Pegawai  Aparatur  Sipil  Negara  pada memperoleh  hak  perlindungannya  serta  manfaat  yg  akan  diperoleh menurut JKK serta JKM. Selain itu, Peraturan Pemerintah ini jua menjadi dasar  pemberian   manfaat  bagi  pejabat  negara  sebagaimana  diatur dalam  Undang-Undang  Nomor  12  Tahun  1980  mengenai  Hak Keuangan/Administrasi  Pimpinan  dan  Anggota  Lembaga Tertinggi/Tinggi  Negara  Serta  Bekas  Pimpinan  Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara serta Bekas Anggota Lembaga Tinggi Negara.
Pengaturan  JKK  dan  JKM  ini  juga  dimaksudkan  buat menaruh  dasar  hukum  pada  besaran  pembayaran Iuran  dan manfaat  yg  akan  diperoleh,  serta  pihak  yang  berhak  mendapat jaminan tersebut yang belum diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan sebelumnya. 
Selain itu, penetapan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri  (Persero) atau  PT  TASPEN  (PERSERO)  menjadi  Pengelola Program pada Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan agar JKK serta JKM  bisa  diselenggarakan  secara  lebih  efektif  serta  efisien  dan menaruh  manfaat  yang  lebih  memadai  bagi  Peserta,  dengan  permanen memperhatikan  pengelolaan  dana  yg  optimal  dan mempertimbangkan  aspek  likuiditas,  solvabilitas,  kehati-hatian, keamanan  dana,  serta  hasil  yang  memadai  bagi  kepentingan peningkatan manfaat Peserta itu sendiri.
II. PASAL DEMI PASAL 
Pasal 1 
Cukup kentara.
Pasal 2
Cukup kentara.
Pasal 3
ayat (1) 
Pemberi  Kerja,  baik  Pemerintah  Pusat  juga pemerintah  wilayah,  memberikan  proteksi  pada Peserta  sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-Undang Nomor lima Tahun 2018 Tentang Aparatur Sipil Negara.
ayat (dua) 
Cukup kentara.
Pasal 4
Cukup kentara.
Pasal 5
Cukup kentara.
Pasal 6
Cukup kentara. 
Pasal 7
Cukup kentara.
Pasal 8
Cukup kentara. 
Pasal 9
Cukup kentara.
Pasal 10
Cukup kentara.
Pasal 11
ayat (1)
Cukup kentara.
ayat (2)
Cukup kentara.
ayat (3)
Cukup kentara.
ayat (4)
Yang dimaksud “dokter” merupakan dokter  Pemerintah  atau dokter swasta, dalam hal pada daerah tadi tidak ada dokter Pemerintah.
Pasal 12
Cukup kentara.
Pasal 13
Cukup kentara.
Pasal 14
Cukup kentara.
Pasal 15
Cukup kentara.
Pasal 16
Cukup kentara.
Pasal 17
Cukup kentara.
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Meninggal  global  dalam  menjalankan  tugas kewajibannya termasuk juga tewas dunia yg pribadi  diakibatkan  sang  luka  atau  stigma  mental atau cacat fisik  yang  didapat  pada  menjalankan tugas kewajibannya.
Huruf b
Cukup kentara.
Huruf c
Cukup kentara.
Ayat (2)
Cukup kentara.
Ayat (tiga)
Cukup kentara.
Pasal 19
Cukup kentara.
Pasal 20
Cukup kentara.
Pasal 21
Cukup kentara.
Pasal 22
Cukup kentara.
Pasal 23
Cukup kentara.
Pasal 24
Cukup kentara.
Pasal 25
Cukup kentara. 
Pasal 26
Cukup kentara. 
Pasal 27
Cukup kentara.
Pasal 28
Cukup kentara.
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup kentara.
Pasal 31
Cukup kentara.
Pasal 32
Cukup kentara.
Pasal 33
Cukup kentara.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup kentara.
Ayat (2)
Cukup kentara.
Ayat (tiga)
Yang  dimaksud  menggunakan  “instansi  terkait”  antara  lain  kementerian  yg  menyelenggarakan  urusan pemerintahan pada bidang keuangan,  kementerian  yg menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  pada  bidang pendayagunaan aparatur negara serta reformasi birokrasi, dan Badan Kepegawaian Negara.
Pasal 35 
Cukup kentara.
Pasal 36
Cukup kentara.
Pasal 37
Cukup kentara.
Pasal 38
Cukup kentara.
Pasal 39
Kebijakan  spesifik  dilakukan  dengan  mempertimbangkan kondisi perekonomian dan kemampuan keuangan negara.
Pasal 40
Cukup kentara.
Pasal 41
Cukup kentara.
Pasal 42
Cukup kentara.
Pasal 43
Cukup kentara.
Pasal 44
Cukup kentara.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5740
Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2018 Tentang Jaminan  Kecelakaan  Kerja  Dan  Jaminan Kematian  Bagi  Pegawai  Aparatur  Sipil Negara
I.  BESARAN MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA
A.  Santunan Kecelakaan Kerja
1.  Penggantian  biaya   pengangkutan  Peserta  yg  mengalami Kecelakaan  Kerja  ke  rumah  sakit  dan/atau  ke  rumah  peserta, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan, dengan ketentuan bila menggunakan angkutan:
a.  darat  atau sungai  atau  danau  diberikan  paling  besar Rp1.300.000,00 (satu juta 3 ratus ribu rupiah);
b.  laut  diberikan  paling  akbar  Rp1.950.000,00  (satu  juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah);
c.  udara diberikan paling besar Rp3.250.000,00 (3 juta 2 ratus lima puluh ribu rupiah); atau
d.  jika  memakai  lebih  dari  satu  angkutan,  maka diberikan  porto yg  paling  akbar  berdasarkan  masing-masing angkutan yg dipakai.
2.  Santunan sementara dampak kecelakaan kerja sebesar = 100% x Gaji  terakhir,  diberikan  setiap  bulan  sampai  menggunakan dinyatakan mampu bekerja balik .
3.  Santunan cacat:
a.  santunan  cacat  sebagian  anatomis  dibayarkan  secara sekaligus  (lumpsum) sebanyak = %  sinkron Tabel x 80 x  Gaji terakhir.
b.  santunan  cacat  sebagian  fungsi  dibayarkan  secara sekaligus  (lumpsum)  sebanyak  =  penurunan  fungsi  x  % sinkron Tabel x 80 x Gaji terakhir.
c.  santunan  stigma  total  tetap  dibayarkan  secara  sekaligus (lumpsum)  serta  secara  berkala  menggunakan  besarnya  santunan merupakan: 1)  santunan sekaligus sebanyak = 70% x 80 x Gaji terakhir; dua)  santunan  terpola  sebanyak  =  Rp250.000,00  (2  ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan selama 24 (2 puluh empat) bulan.
4.  Biaya rehabilitasi berupa penggantian mencakup:
a.  pembelian  alat  bantu  (orthose)  dan/atau  indera  pengganti (prothese)  satu  kali  buat  setiap  kasus  menggunakan  standar harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum  Pemerintah  dan  ditambah  40%  (empat  puluh persen) menurut harga tersebut; dan
b.  porto  rehabilitasi  medik  maksimum  sebanyak Rp2.600.000,00 (dua juta enam ratus ribu rupiah).
5.  Besarnya  Biaya  penggantian  gigi  tiruan  paling  banyak  sebesar    Rp3.900.000,00  (3  juta  sembilan  ratus  ribu  rupiah)  buat setiap masalah.
B.  Penyakit yg Timbul Akibat Kerja
Santunan  terhadap  Penyakit  Akibat  Kerja  diberikan  sebanyak santunan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf A.
II.  TABEL  PERSENTASE SANTUNAN  CACAT  TETAP  SEBAGIAN  DAN
CACAT-CACAT LAINNYA.
1.  Lengan kanan menurut sendi bahu ke bawah  44% x Gaji
2.  Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah   38,5% x Gaji
3.  Lengan kanan berdasarkan atau berdasarkan atas siku ke bawah   38,5% x Gaji
4.  Lengan kiri berdasarkan atau dari atas siku ke bawah   33% x Gaji
5.  Tangan kanan menurut atau dari atas pergelangan ke bawah  35% x Gaji
6.  Tangan  kiri  dari  atau  berdasarkan  atas  pergelangan  ke bawah 30,8% x Gaji
7.  Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah   77% x Gaji
8.  Sebelah kaki berdasarkan pangkal paha ke bawah  38,lima% x Gaji
9.  Kedua belah kaki menurut mata kaki ke bawah  55% x Gaji
10.  Sebelah kaki berdasarkan mata kaki ke bawah   27,lima% x Gaji
11.  Kedua belah mata   77% x Gaji
12.  Sebelah  mata  atau  diplopia  pada  penglihatan dekat  38,lima% x Gaji
13.  Pendengaran dalam ke 2 belah indera pendengaran   44% x Gaji
14.  Pendengaran dalam sebelah telinga   22% x Gaji
15.  Ibu jari tangan kanan   16,lima% x Gaji
16.  Ibu jari tangan kiri   13,dua% x Gaji
17.  Telunjuk tangan kanan   9,9% x Gaji
18.  Telunjuk tangan kiri   7,9% x Gaji
19.  Salah satu jari lain tangan kanan   4,4% x Gaji
20.  Salah satu jari lain tangan kiri   3,tiga% x Gaji
21.  Ruas pertama telunjuk kanan   4,95% x Gaji
22.  Ruas pertama telunjuk kiri   tiga,85% x Gaji
23.  Ruas pertama jari lain tangan kanan   2,dua% x Gaji
24.  Ruas pertama jari lain tangan kiri   1,65% x Gaji
25.  Salah satu ibu jari kaki   lima,5% x Gaji
26.  Salah satu jari telunjuk kaki   3,tiga% x Gaji
27.  Salah satu jari kaki lain   dua,2% x Gaji
28.  Terkelupasnya kulit kepala   11-33% x Gaji
29.  Impotensi   33% x Gaji
30.  Kaki memendek sebelah:  
a.  kurang berdasarkan 5 centimeter  11% x Gaji
b.  5 centimeter hingga kurang menurut 7,5 centimeter  22% x Gaji
c.  7,lima cm atau lebih   33% x Gaji
31.  Penurunan  daya  dengar  ke 2  belah  pendengaran setiap 10 desibel 6,6% x Gaji
32.  Penurunan daya dengar sebelah pendengaran setiap 10 desibel  tiga,tiga% x Gaji
33.  Kehilangan daun indera pendengaran sebelah   lima,lima% x Gaji
34.  Kehilangan kedua belah daun telinga   11% x Gaji
35.  Cacat hilangnya cuping hidung   33% x Gaji
36.  Perforasi sekat rongga hidung   16,5
37.  Kehilangan daya penciuman   11% x Gaji
38.  Hilangnya kemampuan kerja fisik  
a.  51% - 70%  44% x Gaji
b.  26% - 50%  22% x Gaji
c.  10% - 25%  lima,5% x Gaji
39.  Hilangnya kemampuan kerja mental permanen  77
40.  Kehilangan  sebagian  fungsi  penglihatan.  Setiap kehilangan  efisiensi  tajam  penglihatan  10%. Apabila  efisiensi  penglihatan  kanan  dan  kiri tidak selaras,  maka  efisiensi  penglihatan  binokuler dengan  rumus  kehilangan  efisiensi  penglihatan: (3 x % efisiensi penglihatan terbaik) + % efisiensi penglihatan terburuk 7,7% x Gaji
41.  Setiap  kehilangan  efisiensi  tajam  penglihatan 10%  7,7% x Gaji
42.  Kehilangan penglihatan warna  10% x Gaji
43.  Setiap kehilangan lapangan pandang 10%   7,7% x Gaji
 *)Untuk Peserta menggunakan syarat kidal, berlaku sebaliknya.
III. PERSENTASE TUNJANGAN CACAT 
A.  Tunjangan stigma tiap bulan sebagai berikut:
1.  70%  (tujuh  puluh  persen)  dari  Gaji  terakhir,  apabila kehilangan fungsi:
a.  penglihatan pada kedua belah mata;
b.  telinga pada ke 2 belah pendengaran; atau
c.  ke 2  belah  kaki  berdasarkan  pangkal  paha  atau  menurut  lutut  ke bawah.
2.  50% (lima puluh persen) dari Gaji terakhir, jika kehilangan fungsi:
a.  lengan menurut sendi bahu ke bawah; atau
b.  kedua belah kaki berdasarkan mata kaki ke bawah.
3.  40%  (empat  puluh  %)  menurut  Gaji  terakhir,  bila kehilangan fungsi:
a.  lengan dari atau dari atas siku ke bawah; atau
b.  sebelah kaki berdasarkan pangkat paha.
4.  30% (tiga puluh persen) berdasarkan Gaji terakhir, bila kehilangan fungsi:
a.  penglihatan menurut sebelah mata;
b.  pendengaran dari sebelah telinga;
c.  tangan menurut atau menurut atas pergelangan ke bawah; atau
d.  sebelah kaki menurut mata kaki ke bawah.
5.  30  %  (tiga  puluh  persen)  sampai  70%  (tujuh  puluh  persen) berdasarkan  Gaji  terakhir  dari  tingkat  keadaan  yg  atas pertimbangan  tim  penguji  kesehatan  bisa  dipersamakan menggunakan sebagaimana dimaksud pada angka 1 hingga dengan nomor 4, buat kehilangan fungsi atas sebagian atau seluruh badan atau ingatan yang nir termasuk pada nomor 1 sampai dengan nomor 4. 
B.  Dalam hal terjadi beberapa stigma, maka besarnya tunjangan cacat ditetapkan  menggunakan  menjumlahkan  persentase  dari  tiap  cacat, menggunakan  ketentuan  paling  tinggi  100%  (seratus  %)  menurut  Gaji terakhir. 

DOWNLOAD PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 70 TAHUN 2018 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGIPEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Demikian warta tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja serta Jaminan Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara (PNS/ASN). Terima kasih 

=================================


Popular posts from this blog

Pembagian Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Terbaru

Contoh Soal PG Pendidikan Agama Islam PAI Kelas XI Semester 1 K13 Beserta Jawaban Part3 Terbaru

INILAH CONTOH ISIAN CATATAN FAKTA PKG 14 KOMPETENSI